Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kecanduan Media Sosial? Begini Cara Mengatasinya

Berinteraksi di media sosial dapat memicu respons dopamin di otak, mirip dengan apa yang dipicu oleh penggunaan narkoba atau alkohol

Editor: Finneke Wolajan
IST
Ilustrasi media sosial 

Namun, tidak bagi yang lain, kata Neha Chaudhary, MD, psikiater anak dan remaja di Massachusetts General Hospital and Harvard Medical School.

"Pada sebagian orang, ini mungkin memutus siklus yang mulai terasa beracun atau memiliki efek negatif," katanya.

"Bagi yang lain, berhenti sama sekali bisa mengarah pada keinginan penggunaannya dan tak mampu bertahan."

"Atau membuat seseorang tidak memperoleh hal menguntungkan dari media sosial, seperti cara tetap terhubung dan meraih dukungan."

Daripada mengandalkan detoksifikasi total, Chaudhary merekomendasikan menetapkan batasan dan mengajak beberapa teman serta keluarga untuk bergabung dengan kita.

"Akuntabilitas memainkan peran besar dalam mencoba melakukan perubahan," kata dia.

"Mungkin memutuskan bersama seorang teman bahwa kita ingin mengurangi penggunaan media sosial atau memberi tahu anggota keluarga tujuan kita, sehingga mereka dapat ikut serta."

"Apa pun itu, cari cara agar seseorang membantu kita tetap pada jalur yang benar --keluar dari kebiasaan seorang diri bisa jadi sulit."

Dalam kasus yang parah, seseorang yang khawatir tentang kecanduan media sosial juga harus mempertimbangkan mencari bantuan profesional dari seorang terapis atau spesialis kesehatan mental.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Simak, Panduan Mengatasi Kecanduan Media Sosial"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved