News
Perusahaan China Tetap Ngotot IPO di Bursa AS Meski Aturan Sudah Diperketat
Perusahaan belanja daring asal China Dada Nexus awal pekan ini mengatakan pihaknya berencana mengumpulkan dana hingga US$ 280,5 juta
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kian memanasnya hubungan AS dan China membuat pemerintah Amerika Serikat keluarkan beberapa aturan.
Salah satunya melarang Perusahaan asal China masuk bursa AS.
Terkait hal tersebut menjadi sorotan.
• 5 Hal Ini Akan Menjadi Kebiasaan di Era New Normal
• China Siapkan Kebijakan Hainan Sebagai Gantinya Karena Hong Kong Dirongrong Terus Amerika Serikat
• Tantang Para Pengkritik Soal Utang Negara, Luhut: Ketemu Saya Sini, Enggak Usah Ngomong di TV lah

Perusahaan belanja daring asal China Dada Nexus awal pekan ini mengatakan pihaknya berencana mengumpulkan dana hingga US$ 280,5 juta dalam penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) di Amerika Serikat (AS).
Perusahaan ini justru mencoba menembus bursa Nasdaq New York di tengah tensi yang meningkat antara Washington dan Beijing.
Melansir artikel yang dimuat South China Morning Post (SCMP), Selasa (2/6) Dada Nexus menetapkan kisaran harga US$ 15 hingga US$ per American Depository Share (ADS) untuk 16,5 juta ADS dalam IPO.
Melalui target harga tersebut, maka valuasi perusahaan ditaksir mampu menembus US$ 3,7 miliar.
Nah, yang menjadi sorotan rencana IPO Dada ini datang di tengah pembatasan yang ketat dari anggota parlemen AS dan operator pertukaran saham terutama oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok yang go public di Amerika Serikat.
Cara ini memang tengah digalakkan di Negeri Paman Sam sebagai upaya meningkatkan standar audit dan transparansi akuntansi.
Sementara itu, Dada mengeluhkan keputusan AS dan menilai hal tersebut bisa mengganggu rencana ekspansi bagi perusahaan yang disinggung dalam aturan tersebut.
"Aturan ini bisa menyebabkan ketidakpastian investor untuk emiten yang terdampak, termasuk kami, dan harga pasar ADS dapat terpengaruh, dan kami bisa saja dihapus dari bursa," tulisnya dalam keterangan resmi.
Perusahaan ini sebelumnya telah menargetkan jumlah dana yang ditampung dari hasil IPO bisa mencapai US$ 500 juta.
Namun rencana itu terpaksa dihitung ulang karena kondisi politik yang tidak stabil, menurut salah satu sumber yang mengetahui hal tersebut.
Dada mengatakan, e-dagang utama JD.com dan raksasa ritel Walmart saat ini sudah menjadi investor perusahaan.
Keduanya juga telah menyatakan minat untuk membeli masing-masing US$ 60 juta dan US$ 30 juta pada masa IPO.