Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pandemi Global

Virus Corona Belum Usai, Peneliti Ingatkan Manusia Kemungkinan Hadapi Pandemi Baru: Emisi Karbon

Ini adalah persoalan emisi gas rumah kaca yang terus meningkat dan berpeluang menjadi pandemi baru yang dapat menghancurkan sepertiga populasi manusia

Editor: Rizali Posumah
Net
Ilustrasi. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Selain pandemi virus corona, dalam sebuah studi baru menyebutkan ada hal penting lainnya yang juga mengancam dan memiliki risiko tinggi terhadap populasi manusia dan krisis lebih berat lain.

Ini adalah persoalan emisi gas rumah kaca yang terus meningkat dan berpeluang menjadi pandemi baru yang dapat menghancurkan sepertiga populasi manusia di bumi.

Prediksi tersebut didapatkan berdasarkan skenario RCP 8.5, yang mewakili masa depan di mana konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer tinggi.

Bahkan tim peneliti yang terdiri dari arkeolog, ekologi serta ilmuwan ilklim internasional menyebutkan hasil penelitian yang terbit di tengah pandemi Covid-19 yang mengunci miliaran orang saat ini bisa menjadi peringatan nyata.

Peringatan nyata yang dimaksud adalah, emisi karbon yang melaju tinggi akan menempatkan penduduk dunia pada peningkatan risiko dan krisis-krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Saat ini populasi manusia terkonsentrasi di zona iklim yang sempit, yakni dengan sebagian besar orang tinggal di tempat-tempat di mana suhu tahunan rata-rata sekitar 11-15 derajat celsius, dan lebih sedikit orang hidup di wilayah dengan suhu rata-rata sekitar 20-25 derajat celsius.

Para peneliti menemukan terlepas dari semua inovasi dan imigrasi yang terjadi di dunia, sebagian besar manusia di bumi telah hidup pada kondisi iklim tersebut selama ribuan tahun.

Dalam skenario itu, di mana emisi terus meningkat tanpa adanya penghentian, suhu yang akan dirasakan oleh rata-rata setiap orang akan meningkat 7,5 derajat celcius lebih panas pada tahun 2070.

Kondisi suhu itu lebih tinggi dari perkiraan kenaikan suhu rata-rata global yaitu 3 derajat celsius.

Kaitan hasil penelitian dengan pandemi Covid-19

Dikatakan oleh Profesor Marten Scheffer dari Universitas Wageningen, virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19, telah mengubah dunia dengan cara yang sulit dibayangkan sebelumnya.

 "Hasil penelitian kami menunjukkan bagaimana perubahan iklim dapat melakukan hal serupa," kata Scheffer melalui keterangan tertulisnya.

Perubahan iklim yang bisa berlangsung lebih cepat ini tidak seperti virus corona yang bisa dicari atau dibuatkan vaksin dan obat penolongnya.

Scheffer mengatakan akan ada sejumlah luasan bumi ini yang akan memanas ke tingkat suhu yang nyaris tidak dapat bertahan dan tidak akan dingin lagi.

Suhu pada zona terpanas di Gurun Sahara akan menyebar luas hingga dapat dirasakan oleh 19 persen dari luas daratan bumi. Sedangkan, saat ini hanya dirasakan oleh 0,8 persen saja.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved