Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Di Balik Perang Covid-19 di Wuhan: Tutupi Fakta hingga Pemecatan Pejabat

China masih menghadapi tantangan besar terkait potensi gelombang kedua infeksi Covid-19. Zhong Nanshan, penasihat medis senior

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
STR / AFP
Foto yang diambil pada 18 Maret 2020 menunjukkan warga berbaris untuk mengambil daging babi yang dikirim ke kompleks karantina mereka di Wuhan, Provinsi Hubei, China. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - China masih menghadapi tantangan besar terkait potensi gelombang kedua infeksi Covid-19.  Zhong Nanshan, penasihat medis senior pemerintah China dan pejuang dalam melawan Covid-19,  mengakui Pemerintah Kota Wuha, lokasi awal  munculnya virus pada Desember 2019,  sempat tidak melaporkan secara detil tentang wabah itu.

Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) melaporkan lebih dari 82 ribu kasus Covid-19 dan 4.633 kematian.  Jumlah orang yang terinfeksi baru melonjak secara cepat cepat pada akhir Januari 2020, sehingga dilakukan lockdown di Wuhan dan  larangan perjalanan nasional.

Italia-Spanyol Izinkan Toko Buka Kembali

Pada awal Februari, China melaporkan sebanyak 3.887 kasus baru per hari. Sebulan kemudian, kasus harian turun menjadi dua digit. Sedangkan di Amerika Serikat (AS) jumlah infeksi harian meroket, dari 47 kasus baru pada 6 Maret menjadi  22.562 pada akhir bulan.

Kehidupan di China perlahan-lahan kembali normal. Lockdown telah dicabut,  beberapa sekolah dan pabrik telah dibuka kembali di seluruh negeri.  Namun Zhong mengatakan pemerintah China tidak boleh berpuas diri, karena masih ada bahaya gelombang ke dua yang besar.

Kelompok-kelompok baru kasus virus corona telah muncul di seluruh China dalam beberapa pekan terakhir, yaitu di Wuhan, serta Provinsi Heilongjiang dan Jilin. "Mayoritas ... Orang Cina saat ini masih rentan terhadap infeksi Covid-19, karena kurangnya kekebalan," kata Zhong dalam wawancara eksklusif dengan CNN, Sabtu (16/5).

 "Kami menghadapi  tantangan besar, itu (China) tidak lebih baik daripada negara-negara asing. Mereka tidak suka mengatakan yang sebenarnya,” tambah Zhong.  Zhong dikenal sebagai "pahlawan SARS" di China karena memerangi epidemi sindrom pernafasan akut yang parah pada 2003.

Kali ini, ia telah memimpin tim penanggulangan virus coron negara itu,  terutama pada tahap kritis awal wabah. Pada 20 Januari 2020, Zhong menyatakan virus corona dapat ditularkan dari orang ke orang, padahal sebelumnya otoritas kesehatan Wuhan selam berminggu-minggu bersikeras menyebut tak ada bukti penularan dari manusia ke manusia.

Otoritas kesehatan di Wuhan juga menyebut wabah itu  dapat dicegah dan dikendalikan. Sebagai anggota tim ahli yang dikirim NHC untuk menyelidiki wabah awal, Zhong mengunjungi Wuhan pada 18 Januari.

Gadis di Pakistan Dihabisi Keluarganya, Dipicu Video Korban Dicium Pria Tersebar

Dia mengatakan banyak mendapat telepon dari dokter dan mantan mahasiswa, memperingatkan situasinya jauh lebih buruk daripada laporan resmi. "Pemerintah setempat, mereka tidak suka mengatakan yang sebenarnya pada waktu itu. Pada awalnya mereka diam, dan kemudian saya berkata mungkin kita memiliki (lebih banyak) orang yang terinfeksi," kenang Zhong.

Pejabat dipecat

Ia  curiga ketika jumlah kasus yang dilaporkan secara resmi di Wuhan tetap pada angka 41 selama lebih dari 10 hari. Padahal saat itu infeksi Covid-19 sudah muncul di luar China.

"Saya tidak percaya hasil itu, jadi saya (terus) bertanya. Saya minta mereka memberi saya angka sebenarnya. Kurasa mereka sangat enggan menjawab pertanyaanku."

Di Beijing dua hari kemudian, pada 20 Januari, ia diberi tahu jumlah kasus di Wuhan menjadi 198, tiga orang meninggal, dan 13 pekerja medis terinfeksi. Dalam pertemuan dengan pejabat pemerintah pusat, termasuk Perdana Menteri China Li Keqiang, pada hari yang sama, ia mengusulkan lockdown di  Wuhan untuk membendung penyebaran virus.

Langkah itu belum pernah terjadi sebelumnya. Pemerintah pusat melakukan karantina wilayah di Wuhan pada 23 Januari, kemudian membatalkan semua penerbangan, kereta api dan bus ,  serta memblokir pintu masuk jalan raya utama.

Dalam sebuah wawancara dengan CCTV pada  27 Januari, Wali Kota Wuhan Zhou Xianwang mengakui pemerintahnya tidak mengungkapkan informasi tentang virus corona kepada publik secara tepat waktu. "Sebagai pemerintah daerah, kami hanya dapat mengungkapkan informasi setelah diberi wewenang," katanya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved