Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Peternak Ayam-Babi Berusaha Balik Modal

Pandemi Coronavirus disease 2019 (Covid-19) memukul ekonomi. Pasar lesu, sektor produksi berhenti.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Istimewa
Hewan ternak babi milik Jesica Tambajong di Kelurahan Pondang, Kecamatan Amurang Timur 


TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO – Pandemi Coronavirus disease 2019 (Covid-19) memukul ekonomi. Pasar lesu, sektor produksi berhenti. Kini dunia hadapi resesi. Kondisi itu juga dialami peternak dan nelayan budidaya ikan air tawar di Sulawesi Utara.

Pandemo Corona: Seperti Pembunuhan Massal, Berguguran

Harga daging babi dan ayam anjlok hampir 50 persen. Daging babi yang biasanya diperdagangkan Rp 65 ribu per kilogram, sekarang tinggal Rp 36 ribu per kg. Begitu juga dengan harga daging ayam dari biasanya Rp 25 ribu per kg.

Jesica Tambajong, pengusaha ternak babi di Kelurahan Pondang, Kecamatan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan, Jumat (24/4/2020) mengatakan, sejak mewabahnya Corona, harga daging babi terus turun.

Sekarang harganya daging babi di wilayah Amurang Rp 35 ribu sampai Rp 36 ribu per kg. Kalau dulu pada saat harga daging babi sedang bagus-bagusnya, Rp 60 ribu sampai Rp 65 ribu per kg. "Waktu hari raya Natal lalu harga daging babi melonjak drastis," ujarnya.

Supaya tidak rugi, Jesica potong sendiri ternak babinya dan dijual langsung kepada masyarajat sekitar tempat tinggalnya atau via media sosial. "Kalau sebelumnya ada yang datang, beli di peternakan kami untuk dijual kembali tapi harganya beda. Jadi sekarang lebih baik kami jual langsung ke masyarakat supaya modal bisa kembali," tambah dia.

Untung dia mempunyai usaha yang lain walaupun tren penjualannya sedang tidak bagus. Tapi, kata dia, setidaknya bisa menopang perekonomian keluarga. "Saya jualan baju, masker dan barang lain-lain melalui medsos," kata ibu satu anak ini.

Remdesivir Masuk Kategori Potensial: 22 RS Uji Klinis Empat Obat Covid-19

Pamdemi Covid-19 tak hanya melemahkan sektor pariwisata dan hiburan, namun juga turut menghantam bisnis daging khususnya ayam dan sapi di Kota Kotamobagu. Bahkan momentum Ramadan, juga tak cukup mendongkrak penjualan. Jumat kemarin, di Pasar 23 Gogagoman, meski cukup ramai, namun belum mampu mendongkrak harga daging ayam dan sapi yang saat ini, tengah terjun bebas.

Terpantau harga daging ayam berkisar Rp 9 ribu per kg, dengan harga per ekor bervariasi tergantung ukuran antara Rp 27 ribu hingga Rp 35 ribu. Sebelumnya harga ayam Rp 45 hingga 55 ribu per ekor dan bisa mencapai Rp 60 ribu saat Ramadan.

Sedangkan daging sapi bervariasi kisaran Rp 100 ribu hingga Rp 110 ribu per kg. Normalnya antara Rp 120 ribu hingga Rp 130 ribu dan mencapai Rp 140 ribu per kg saat Ramadan.

Dedy Rosadi (43), seorang peternak sekaligus penjual daging ayam mengatakan, pada momen seperti ini, biasanya harga ayam melambung tinggi. "Memang sekarang sudah mulai banyak yang cari, tapi itu belum cukup untuk menaikan harga," ujarnya.

Sebab tambah Rosadi, terjunnya harga daging ayam lebih dipengaruhi oleh mewabahnya Covid-19. Sebab pasca pembatasan aktivitas banyak rumah makan dan hotel yang sepi, sehingga banyak langganan yang harus berhenti.

Siabi Kokusi, penjual daging sapi, turut mengeluhkan hal yang sama. Ia mengatakan, meski memasuki Ramadan, namun penjualan daging, masih melemah. "Sehingga kami berharap, musibah ini cepat berakhir, dan penjualan kembali normal, sebab saat ini kami sangat kesulitan," kata dia.

Frando Manangkalangi, peternak ayam daging di Kelurahan Tara-tara Tiga, Kecamatan Tomohon Barat mengaku, sejak adanya Corona, permintaan daging terjadi penurunan. Padahal biasanya tak kurang dari sepekan, permintaan daging ayam sangat tinggi, bahkan bisa mencapai 4 ribu ekor. "Biasanya 4 ribu ekor langsung habis, tapi kalau saat ini jumlah permintaan turun dan sudah tak menentu," bebernya saat ditemui Tribun Manado, Jumat siang.

Frando mengaku menurunkan harga penjualan daging ayam ke pedagang, yaitu dengan dijual Rp 12.500 per kg. "Harga saat ini jadi Rp 12.500 per kg atau bisa dibilang harga gulung tikar buat peternakan," terang Frando.
Dia mengatakan, harga biasa sekitar Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu per kg.

Adapun untuk satu ekor ayam mempunyai 2,5 kg, namun karena permintaan yang kurang sehingga berat ayam juga meningkat. "Kalau langsung diambil saat panen berat ayam per ekor masih 2,5 kg. Namun ayam tertahan lama beratnya sudah jadi 4,6 kg per ekor," ungkap Frando seraya menambahkan panen ayam biasanya per bulan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved