Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kasus Demam Berdarah Lebih 45 Ribu

Direktur Penyakit Tular Vektor Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menyebutkan bahwa sejak 1 Januari hingga 21 April 2020

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
FACEBOOK
Petugas Dinkes Bolmong melakukan pengasapan atau fogging untuk meminimalisasi kasus demam berdarah, di Desa Pinonobatuan Barat, Senin (7/5/2018) . 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Direktur Penyakit Tular Vektor Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menyebutkan bahwa sejak 1 Januari hingga 21 April 2020, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia telah mencapai angka 45.266 kasus. ”Kalau dilihat grafik harian kasusnya masih naik turun, dan penambahan  masih di atas 50 kasus per hari,” kata Siti kepada Tribunnews.com, Rabu (22/4).

Pemerintah Kerahkan 171 Ribu Polri-TNI: Jalan Arteri dan Tol Disekat

Dari puluhan ribu kasus itu, Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah dengan jumlah kasus terbanyak yaitu sebanyak 6.337 kasus. Lalu, disusul wilayah yang menduduki posisi kedua kasus terbanyak yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT). Sedangkan, Lampung menjadi wilayah ketiga kasus terbanyak dengan 4.074 kasus DBD.

Dari 45.266 total kasus DBD, 297 orang di antaranya meninggal dunia. NTT menjadi wilayah dengan angka kematian akibat DBD terbanyak yaitu 48 orang. Lalu, Jawa Tengah menduduki posisi kedua dengan 39 kasus dan Jawa Barat 33 kasus.

Siti mengungkapkan, ketika sebagian besar masyarakat berdiam di rumah karena adanya pandemi Covid-19, mereka justru berpotensi terkena DBD jika tidak melakukan pemberantasan nyamuk (PSN). Nyamuk juga bisa saja berkembang biak di kantor hingga sekolah-sekolah yang saat ini sedang kosong karena semua aktivitas dilakukan di rumah saja mencegah Covid-19.

”Bisa saja justru di rumah mungkin tidak dilakukan PSN dan kedua sekolah, kantor, musala, dan tempat ibadah yang sekarang sepi karena work from home (WFH). Tempat-tempat itu bisa saja jadi sarang nyamuk,” kata Siti.

Meski saat ini Indonesia sedang dilanda pandemi Covid-19, Siti mengingatkan semua pihak harus tetap memberikan perhatian terhadap kasus DBD. Siti juga mengimbau untuk melakukan pembersihan sarang nyamuk di lingkungan masing-masing.

"Masyarakat harus membersihkan sarang nyamuk di rumah dan lingkungannya. Pencegahan tetap sama karena sama seperti Covid-19, perlu kepatuhan dan peran serta masyarakat," tuturnya.

Pembeli dari 4 Benua Pesan APD Corona Buatan Indonesia

Sementara itu dokter ahli penyakit dalam, dr. Malik Ibrahim, Sp.PD, menyarakan kepada masyarakat yang terkena demam berdarah untuk melakukan terapi cairan, yakni dengan cara banyak minum air putuh.

Menurut Malik, orang yang terkena DBD maka sel cairan darahnya rusak sehingga bisa menimbulkan dehidrasi yang bisa membuat tubuh semakin lemah. ”Yang paling utama kecukupan cairan karena pada DBD virusnya merusak sel cairan darah, sehingga sering terjadi dehidrasi dan shock.

Maka perlu dijaga asupan cairan yang memadai,” ungkap dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Yadika Kebayoran Lama, Jakarta itu.

Karena itu, kata Malik, orang yang terkena DBD harus mengonsumsi air seperti waktu sehat minimal 2 liter per hari. Bisa juga dengan mengonsumsi minuman isotonik agar tubuh tidak terjadi dehidrasi. Minum yang banyak saat terkena DBD bermanfaat untuk menurunkan suhu tubuh, karena biasanya saat DBD suhu tubuh meningkat.

”Kecukupan cairan dan dan ion mebantu menurunkan suhu tubuh yang salah satu tanda demam berdarah. jadi suhu tubuh normal lagi, trombosit dapat kembali dan membantu oksigenassi ke seluruh tubuh,” katanya. (tribun network/fia/dod)

 

NPL Stabil, Ini Strategi Akseleran Memitigasi Risiko Kredit Bermasalah

 

Sebaran Kasus DBD di Indonesia hingga 21 April 2020

1. Jawa Barat 6.337 kasus, 33 meninggal dunia

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved