Update Virus Corona Dunia
Jalanan di Ekuador penuh Mayat Korban Virus Corona, Dibiarkan Tergeletak Mirip di Film Horor
Mayat digeletakkan di jalan karena kamar mayat dan tempat pemakaman kewalahan menghadapi tingginya angka kematian.
Tanggal 28 Maret, koran El Universo melaporkan pemerintah kota merencanakan pemakaman massal, tapi ini tak mendapat sambutan.
Ahli sosiologi asal Guayaquil, Héctor Chiriboga menjelaskan alasannya kepada BBC Mundo.
"Di kota ini orang menunggu saudara mereka yang tinggal dan kerja di Eropa untuk kembali. Jenazah lalu dimandikan dan didandani. Sedangkan kremasi sangat dipandang buruk oleh Gereja Katolik,” katanya.
“Pemakaman massal itu pukulan bagi masyarakat yang punya ritual dalam kematian dan pemakaman. Mereka Kristen atau Katolik dan mereka akan sakit hati seandainya ritual pemakaman tidak dijalankan”.
Jorge Wated, kepala gugus tugas pemakaman yang dibentuk Presiden Moreno berkata kepada BBC Mundo bahwa ia tak akan menerima tugas dari presiden apabila diperintahkan untuk membuat pemakaman massal.
"Saya menerima tugas ini untuk membawa mereka yang meninggal dari rumah dan rumah sakit di Guayaquil, dan mereka yang tak bisa mendapat layanan pemakaman bisa dimakamkan dengan layak secara Kristen, di halaman gereja di kota ini," katanya.
Namun Wated menyatakan keluarga korban tidak boleh menghadiri pemakaman.
"Banyak orang meninggal di rumah. Normalnya, dokter memastikan penyebab kematian lalu jenazah dipulasarakan oleh rumah jenazah. Namun kini semua sedang panik dan orang-orang menduga setiap orang meninggal di Guayaquil disebabkan oleh virus corona. Maka rumah jenazah tidak mau mengurus," papar Grace Navarrete, ahi kesehatan masyarakat dari Ecuadorian Society of Public Health.
Apa yang terjadi di rumah jenazah selama krisis ini ditulis wartawan Susana Morán dari situs berita Plan V dalam artikelnya "Mati dua kali di Guayaquil."
Morán mewawancara pemilik rumah jenazah yang menutup usahanya selama wabah.
"Saya sudah tua dan tak ingin mempertaruhkan nyawa saya dan keluarga demi uang tak seberapa," kata salah seorang pemilik rumah jenazah.
Ketakutan ini juga ada di dalam keluarga kata Dr Navarrete.
"Ketika ada yang meninggal di rumah, tak ada yang berani memegang jenazahnya. Kota ini panas dan menyebabkan jenazah cepat membusuk. Saya mendengar kasus jenazah yang diletakkan di pinggir jalan bersama kasurnya sekaligus karena anggota keluarga tak tahan".
Bagi Wated ini adalah faktor yang menghasilkan skenario terburuk.
"Rumah jenazah tutup, bahkan mereka tak punya lagi pegawai; pemakaman tak punya kemampuan menampung segitu banyak jenazah dalam waktu singkat; warga tak bisa meninggalkan rumah untuk menjalankan prosedur pemakaman; jumlah kematian meningkat di antara mereka yang diduga Covid-19 tapi tak menjalani tes. Ini semua menghasilkan bom waktu."
Dokter Ernesto Torres yakin tragedi ini harus dipandang sebagai masalah kesehatan masyarakat.
Katanya ini "jauh melampaui kemampuan kedokteran, dan harus melibatkan kepolisian dan kepedulian pemerintah terhadap kesehatan warganya".
Menurutnya, rumah sakit harus menanggung semua krisis ini dan ini tidak berjalan lancar di lapangan.
“Kini rumah sakit memadamkan kebakaran dengan menggunakan ember air. Kita bisa melakukannya kalau apinya kecil, tapi ini membutuhkan brigade pemadaman yang melibatkan seluruh masyarakat,” kata Torres.
Adriana Rodríguez, profesor bidang hukum hak asasi manusia di Universidad Andina berpendapat tak mengejutkan hal ini terjadi di masyarakat yang punya ketimpangan sosial tinggi.
"Guayaquil adalah kota dengan 17 persen penduduknya hidup dalam kemiskinan ekstrem. Jenazah-jenazah itu memperlihatkan tubuh mana yang penting, dan mana yang tidak penting. Pemotongan anggaran kesehatan masyarakat membuka mata kita bahwa ada manusia yang dianggap tidak penting sama sekali".
Namun Jorge Wated berpendapat, apa yang terjadi di Guayaquil bisa terjadi di mana saja di Amerika Latin.
"Ini juga terjadi di negara lain di Amerika Latin. Misalnya yang terjadi di Argentina sekarang. Semuanya rumit, tergantung masing-masing negara. Kita berusaha bertindak secepat mungkin".
Namun 30 Maret lalu sebuah video beredar menggambarkan sekelompok orang di Guayaquil membakar ban memprotes agar pengangkatan jenazah di percepat.
Menurut laporan itu, jika tidak ada tindakan, “penduduk mengancam akan membakar jenazah-jenazah itu sebagai bentuk protes”.
(*)
BERITA TERPOPULER :
• Warga Penerima Sembako Melongo saat Tim Sebut Bantuan dari Tuhan lalu Bergegas Pergi
• Baru 2 Bulan Selebgram Mylisa Sanny Meninggal Dunia, Kini Anaknya Menyusul, Suami Ungkap Kisah Pilu
• 50 Gambar Poster Edukasi Pencegahan Virus Corona/Covid-19, Mudah Dipahami Anak-anak
TONTON JUGA :
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Virus Corona di Ekuador, Mayat Korban Covid-19 Dibiarkan Tergeletak di Jalan-jalan, Mirip Film Horor