Update Virus Corona
Covid-19 Makin Menyebar Ketika Lebih 'Takut Tuhan', Bagaimana Seharusnya Beragama di Tengah Pandemi?
ada orang yang tetap atau ingin menyelenggarakan acara terutama acara keagamaan dengan kehadiran banyak orang
Di India, setelah acara yang diselenggarakan di Nizamuddin sebelah barat New Delhi, lebih 1.000 jamaah dibawa polisi, 335 dirawat di rumah sakit dan ribuan lainnya sedang dicari.

Polisi dan TNI turun di jalan menegakkan aturan dengan satu tujuan: mencegah tersebarnya Covid 19 lebih luas.
Dokter dan petugas medis menjadi pasukan garga depan dalam mendeteksi dan merawat ODP dan PDP.
Mereka menunjukkan profesionalisme, pengabdian dengan mempertaruhkan nyawa mereka ada di barisan paling depan berhadapan dengan ODP dan PDP.
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, hingga 4 April lalu, PB IDI mencatat 18 dokter dan 6 dokter gigi meninggal (saya berdoa mereka syahid) terkait Covid19. Pada 6 April 2 orang dokter lagi meninggal terkait Covid19.
Lebih takut kepada Tuhan
Lepas dari fakta dan angka-angka terkait Covid19, ada orang yang tetap atau ingin menyelenggarakan acara terutama acara keagamaan dengan kehadiran banyak orang.
Salat Jumat salah satu contohnya, dan salat tarawih nanti di bulan Ramadlan.
Mereka berdalih bahwa mereka lebih takut pada Tuhan daripada pada penyakit.
Atau dengan argumen sederhana, wong orang mau salat Jumat kok enggak boleh!
Menurut mereka, orang bisa sakit dan meninggal karena apa saja, termasuk karena sakit dan karena Covid19. Subhanallah!
Lalu, jika Covid19 tersebar di kawasan mereka akibat acara yang menghadirkan banyak warga, siapa yang bertanggungjawab?
Jika ada yang positif ODP atau PDP, siapa yang bertanggungjawab?
Siapa yang siap mendampingi dan merawat?
Siapa yang bersedia berbagi kesedihan jika ada warga yang meninggal akibat Covid19 sedang mereka menjadi takut tertular?