Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Virus Corona di Dunia

Yang Terjadi Setelah 2 Hari Lockdown di Inggris, Jumlah Korban Tetap Alami Kenaikan

Terbaru, jumlah kasus melampui angka 8.000 atau tepatnya 8.077 kasus dengan angka kematian total 422 orang.

Mario Pitrangeli/backgrid/daily mail
Suasana sore yang ramai di Battersea Park, London sehari setelah diberlakukan Lockdown  

TRIBUNMANADO.CO.ID - Inggris adalah satu di antara negara yang sudah menerapkan lockdown antisipasi penyebaran virus corona.

Namun ini yang terjadi setelah menerapkan lockdown.

Sudah 2 hari menerapkan lockdown, inilah yang terjadi di Inggris.

Jumlah korban Virus Corona tetap mengalami kenaikan di Inggris.

Terbaru, jumlah kasus melampui angka 8.000 atau tepatnya 8.077 kasus dengan angka kematian total 422 orang.

Bahkan pada hari Selasa (24/3/2020) jumlah angka kematian karena Corona di Inggris mencapai angka tertinggi, yakni 87 orang. Sehari sebelumnya 54 orang.

Seperti dilaporkan Daily Mail, Jumlah korban tewas di Inggris telah meningkat hampir enam kali lipat dalam waktu seminggu.

Inggris juga melihat lonjakan rekor dalam kasus-kasus corona hari ini.

Sebanyak 1.427 lebih pasien diketahui telah tertular virus ketika jumlah total orang Inggris yang terinfeksi melampaui 8.000 orang.

Tetapi ukuran sebenarnya dari wabah ini disembunyikan karena keputusan kontroversial pemerintah untuk hanya menguji pasien di rumah sakit.

Memurut Daily Mail, jumlah sebenarnya dari wabah corona di Inggris cenderung lebih dekat dengan tanda 400.000.

Itu terjadi karena warga Inggris cenderung meremehkan aturan yang dibuat pemerintah dan masih berkumpul di berbagai sudut.

Polisi terpaksa membubarkan pesta barbekyu guna menghindari corona sekaligus melaksanakan perintah perdana menteri Inggris.

Para perwira polisi Shepherd Bush terpaksa menggunakan megafon untuk membubarkan kerumunan besar.

Dari mobil polisi, seorang petugas berkata, "Anda tidak bisa tetap di taman, bisakah kalian semua pulang."

"Bisakah kalian semua pulang tolong ini bukan hari libur, ini adalah peraturan,"

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock membentuk 250.000 'tentara sukarelawan' guna mencegah penyebaran virus corona.

Menurut Matt Hancock, rumah sekarang menjadi 'garis depan' dalam perang melawan coronavirus.

Ia menegaskan aturan Lockdown Perdana Menteri pada hari Senin bukanlah saran tetapi aturan yang harus diikuti.

Mr Hancock lalu menyebut ancaman denda bagi yang melanggar aturan. Denda mulai dari £ 30 hingga denda tanpa batas untuk ketidakpatuhan.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menekankan sebuah pesan sederhana nan tegas kepada warganya di tengah wabah virus corona.

"Mulai malam ini (Senin), saya harus memberikan sebuah instruksi sederhana kepada rakyat Inggris: Anda harus tinggal di rumah," kata dia.

Johnson menerangkan, hanya dengan membatasi pergerakan di luar ruangan inilah, maka mereka bisa menahan virus corona di level terkecil, keluarga.

Dilansir Kompas.com via BBC Selasa (24/3/2020), PM Inggris berusia 55 tahun itu kemudian menegaskan faktor apa saja yang membuat warga boleh keluar rumah.

Berbelanja untuk kebutuhan sehari-hati seperti makanan atau obat-obatan. Kegiatan ini pun sebisa mungkin tidak boleh terlalu sering.

Melakukan satu saja jenis olahraga di luar ruangan seperti berlari, berjalan, atau bersepeda. Kegiatan ini boleh dilakukan sendiri atau keluarga dalam satu rumah.

Faktor medis. Kebijakan ini mencakup izin untuk memindahkan anak rentan berusia di bawah umur 18 tahun.

Seorang pekerja bisa membawanya ke sekolah sepanjang dibutuhkan. Keluar rumah untuk bekerja. Di faktor ini, Johnson menekankan hanya mereka yang profesinya tak bisa dilakukan dari rumah baru bisa bekerja.

"Anda tak boleh bertemu teman. Jika teman Anda mengajak, Anda harus menjawab 'tidak'," ujar Johnson. Dia juga melarang kunjungan ke anggota keluarga lainnya.

Mantan Wali Kota London dari 2008-2016 itu mengumumkan "keadaan darurat nasional" demi melindungi pekerja medis maupun warga lainnya.

Dia menerangkan, aturan ketat ini bakal berlaku selama tiga pekan, dengan jajarannya bakal terus melakukan peninjauan sembari mengamati perkembangan.

Otoritas Negeri "Ratu Elizabeth" melarang orang terlalu lama di luar rumah, dan membatasi jarak setidaknya dua meter di tempat umum.

London juga memutuskan untuk menghentikan segala kegiatan sosial seperti pernikahan, acara baptis, dan upacara lainnya, kecuali pemakaman.

Dengan nada geram, dia menuturkan masih ada sejumlah orang yang tidak mendengarkan imbauan pemerintah untuk tidak terlalu lama di luar rumah.

"Meski saya berterima kasih kepada banyak orang yang menaatinya, nampaknya belum semua menerapkannya," kata dia.

Johnson mengancam, jika ada warga yang mengabaikan aturannya, maka polisi tidak segan untuk melakukan penangkapan atau membatalkan sebuah acara.

Sempat Panic Buying

Pada Sabtu (21/03/2020), atau dua hari sebelum pengumuman Lockdown, netizen Inggris ramai 'memarahi' orang-orang yang melakukan panic buying dan menimbun makanan karena memasuki fase karantina saat wabah virus corona.

Amarah warga Inggris di media sosial timbul ketika sebuah video yang diunggah seorang perawat yang kelelahan bekerja di rumah sakit dan bermaksud berbelanja di toko namun barang-barang yang dijual telah habis.

Para pembeli telah mengosongkan seluruh rak dagangan di supermarket.

Khususnya gulungan tisu toilet, dan menimbun makanan seperti pasta dan kacang polong beku.

Sebanyak 1.2 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 194 triliun akan makanan tambahan telah dikeluarkan selama tiga pekan terakhir, menekan supermarket-supermarket secara masif.

Hal ini diungkapkan oleh kementerian lingkungan dan makanan George Eustice.

Dalam jumpa pers, George Eustice mendesak warganya untuk bertanggung jawab saat berbelanja dengan memikirkan orang lain.

"Lebih dari cukup makanan di sekitar kita, dan pasokan makanan kita masih bisa dikerahkan produksinya untuk melayani permintaan yang meningkat," ujarnya.

"Berbelanja lebih dari yang dibutuhkan berarti tidak memikirkan kondisi orang lain yang lebih membutuhkan. Itu membuat hidup lebih sulit terutama untuk mereka yang bekerja di 'garis depan' pertarungan dengan virus corona; dokter dan perawat dan NHS (Layanan Kesehatan Nasional) dan staf pendukungnya."

Menyikapi peristiwa itu, beberapa pemilik supermarket menyewa orang untuk berjaga dan membuat baris antrian khusus.

Artikel ini telah tayang di WartaKotaLive.com dengan judul Setelah Lockdown Jumlah Kematian Akibat Corona di Inggris Malah Catat Rekor Tertinggi, 87 Orang

https://wartakota.tribunnews.com/2020/03/25/setelah-lockdown-jumlah-kematian-akibat-corona-di-inggris-malah-catat-rekor-tertinggi-87-orang?page=all

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved