Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Virus Corona

Pasien Dikabarkan Tak Tahu Positif Corona, Achmad Yurianto: Tidak Mungkin Dia Mau kee Ruang Isolasi

Dua warga Depok telah menyetujui sejumlah prosedur pemeriksaan sebelum akhirnya dinyatakan positif tertular virus corona.

Editor: Rizali Posumah
AFP/YONHAP/SOUTH KOREA OUT
Ilustrasi 

4. GlaxoSmithKline (Inggris)

GlaxoSmithKline adalah salah satu perusahaan produsen vaksin terbesar di dunia. Perusahaan ini bekerja sama, dalam hal ini meminjamkan teknologi pembuatan vaksinnya, pada perusahaan farmasi berbasis di Chengdu yaitu Clover Biopharmaceutials.

Vaksin untuk Covid-19 rencananya dibuat untuk meningkatkan sistem imun, sehingga menangkal infeksi secara keseluruhan.

5. Inovio Pharmaceuticals (Pennsylvania)

Inovio telah menghabiskan lebih dari 4 dekade terakhir untuk membuat obat-obatan berbasis DNA. Perusahaan ini percaya bahwa DNA juga bisa digunakan sebagai vaksin penangkal virus SARS-CoV-2.

Inovio Pharmaceuticals bekerja sama dengan perusahaan asal China, Beijing Advaccine Biotechnology, membuat vaksin yang disebut INO-4800.

Kedua perusahaan tersebut akan melakukan uji klinis akhir tahun ini.

6. Johnson & Johnson (New Jersey)

Johnson & Johnson sebelumnya juga cepat tanggap terhadap virus Ebola dan Zika. Perusahaan ini sedang dalam tahap pengembangan vaksin yang memperkenalkan manusia dengan virus yang sudah tidak aktif.

Hal tersebut dinilai akan meningkatkan imun tanpa infeksi terlebih dahulu.

Dalam waktu yang sama, Johnson & Johnson bekerja sama dengan Biomedical Advanced Research and Development Authority membuat sebuah obat untuk menangani pasien yang terinfeksi Covid-19.

7. Regeneron Pharmaceuticals (New York)

Regeneron dikenal luas karena kemampuannya membuat antibodi manusia dari gen tikus. Perusahaan tersebut saat ini tengah mengembangkan antibodi dari tikus yang diinfeksi SARS-CoV-2 dalam jumlah sedikit.

Jika semuanya berjalan lancar, Regeneron akan siap uji klinis terhadap manusia akhir musim panas ini.

Terakhir kalinya Regeneron melakukan pengembangan yang sama yakni pada 2015 yakni menghadapi virus Ebola. Hasilnya adalah antibodi yang dua kali lipat lebih kuat untuk para pasien Ebola.

8. Sanofi (Paris)

Sanofi sebelumnya berhasil mengembangkan vaksin untuk yellow fever dan diphtheria. Perusahaan ini bekerja sama dengan BARDA untuk mengambil DNA dari virus SARS-CoV-2 itu sendiri, dan menggabungkannya dengan material genetik dari virus yang tidak mematikan.

Hasilnya adalah vaksin yang bisa meningkatkan sistem imun terhadap virus tersebut.

Sanofi berencana merampungkan vaksin Covid-19 dalam enam bulan mendatang, dan siap untuk uji klinis kepada manusia dalam waktu 1 tahun sampai 18 bulan mendatang.

Sebelumnya, pengembangan yang sama digunakan untuk vaksin SARS.

9. Vir Biotechnology (San Francisco)

Vir Biotechnology adalah perusahaan yang fokus pada penyakit menular. Mereka menggunakan antibodi dari orang yang pernah menderita SARS, kerabat dekat Covid-19, dan mengembangkannya untuk mengobati pasien Covid-19.

Vir Biotechnology bekerja sama dengan perusahaan farmasi China yaitu WuXi Biologics, dan sudah dalam tahap awal pengembangan. Belum diketahui target maupun kapan obat Covid-19 akan diuji klinis. (KOMPAS.COM)

Ada 2 Pertanyaan yang Tidak akan Dijawab Jubir Menkes soal Virus Corona: Tolong Dipahami

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pasien Tak Tahu Positif Corona, Kemenkes: Kalau Tak Tahu, Tak Mungkin Mau Masuk Ruang Isolasi".

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved