Wabah Virus Corona
Korea Selatan Kini Larang Ekspor Masker Lantaran Lebih dari 1.500 Orang Terjangkit Virus Corona
Dalam menanggulangi penyebaran atau wabah virus corona, Korea Selatan melarang ekspor masker.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Dalam menanggulangi penyebaran atau wabah virus corona, Korea Selatan melarang ekspor masker.
Kebijakan itu adalah salah satu langkah besar yang diambil oleh.
Pasalnya, Korea Selatan adalah salah satu negara yang merupakan pengekspor masker ke seluruh dunia.
Sejak Rabu (26/02/2020), Korea Selatan mulai mengatur ekspor masker ke berbagai negara karena permintaan produk
di dalam negeri semakin meningkat.
Banyak orang membutuhkan masker akibat penyebaran masif coronavirus COVID-19.

Namun mereka tak bisa mendapatkan dengan harga murah dan terjadi kelangkaan.
Menurut Kementrian Keamanan Pangan dan Obat-obatan, langkah-langkah tersebut efektif dilakukan hingga 30 April mendatang.
Pihak pemerintah akan mulai membatasi ekspor masker hingga maksimum 10 persen dari total produksi di Korea Selatan.
Sementara produksi harian masker di Korea Selatan sendiri mencapai 11 juta unit pada hari Selasa (25/2/2020).
Angka ini masih belum mencukupi kebutuhan masker yang mampu menghalau virus corona.
Sebab, Korea Selatan tak hanya memenuhi permintaan dalam negeri tapi juga luar negeri.
Warga Korea Selatan sendiri telah membentuk antrean panjang di supermarket lokal untuk membeli masker pelindung yang terjual dengan cepat.
Mereka rela menunggu demi sehelai masker agar tak tertular atau menulari orang korban virus corona.
Beberapa vendor online bahkan telah menaikkan harga secara tajam sementara secara sepihak membatalkan pesanan sebelumnya.
Ini membuat geram masyarakat sebab harga naik tak wajar ditambah penjual suka menolak pembelian secara tiba-tiba.

Untuk mengatasi permintaan yang melonjak, Korea Selatan juga akan mendistribusikan 50 persen produksi masker ke platform ritel yang dikelola pemerintah, termasuk Federasi Koperasi Pertanian Nasional dan Pusat Distribusi Usaha Kecil & Menengah.
Negara ini akan fokus membagikan masker kepada rumah tangga yang terpinggirkan dan memasok produk ke staf medis yang terlibat dalam upaya karantina.
Mereka tak ingin menunda pembagian.
Sejalan dengan upaya untuk mencegah penimbunan masker, distributor juga wajib memberi tahu pihak berwenang jika mereka menjual lebih dari 10.000 masker bedah kepada satu pembeli.
"Karena keselamatan publik adalah prioritas utama sekarang, kebijakan baru diterapkan pada setiap masker yang diproduksi di sini," kata seorang pejabat dari Kementerian Keamanan Pangan dan Obat-obatan.
"Kami berencana untuk membuka tim khusus yang akan membahas cara untuk memberikan hukuman kepada produsen jika mereka melanggar kontrak,” jelasnya.
Kebijakan terbaru itu didasarkan pada tindakan stabilisasi harga negara, yang memungkinkan pemerintah untuk melakukan intervensi ke pasar ketika sistem pasokan atau distribusi barang-barang tertentu lumpuh karena bencana.
Pelanggar peraturan baru ini akan menghadapi hukuman penjara hingga dua tahun atau denda maksimal 50 juta Won (USD 42.000).
Pihak berwenang saat ini tetap waspada terhadap upaya penyelundupan masker ke luar negeri. Awal bulan ini, otoritas bea cukai setempat membatalkan upaya untuk mengirim sekitar 730.000 masker secara ilegal.

Penyebaran COVID-19 terbilang cukup cepat. Hal ini dikarenakan ada seorang perempuan berusia 61 tahun yang menjadi ‘penyebar cepat’ virus tersebut.
Diketahui, ia merupakan pengikut sekte keagamaan tertentu di Daegu.
Tak heran, kini pemerintah mulai fokus pada kesehatan 210 ribu jemaat yang menjadi anggota sekte itu.
Sayang, mereka sendiri masih belum mau terbuka mengenai keterlibatan mereka di sekte itu karena satu dan lain hal.
Orang yang terinfeksi virus corona di Korea Selatan melampaui 2.000 pada hari Jumat (28/2/2020).
Padahal negara itu telah secara agresif melawan virus corona yang menyebar cepat dengan tes besar-besaran.
Kasus baru bermunculan setiap hari. Sejauh ini, 13 orang telah meninggal di Korea Selatan akibat virus yang muncul di China itu.
Dirunut lebih lama, Korea Selatan mengkonfirmasi kasus virus corona pertamanya dari seorang wanita Cina dari Wuhan, pusat penyebaran virus, pada 20 Januari.
Namun kemudian angka infeksi melonjak karena perempuan ‘penyebar cepat’ tersebut.
Lebih dari setengah kasus yang baru dikonfirmasi terkait dengan cabang sekte keagamaan di kota tenggara Daegu.
Dari 256 kasus baru, 182 di Daegu, 300 kilometer tenggara Seoul, dan 49 di provinsi Gyeongsang Utara.
Jumlah total infeksi di Daegu dan Gyeongsang Utara masing-masing adalah 1.314 dan 394.
Provinsi dan kota-kota besar lainnya juga telah melaporkan beberapa infeksi, dengan Seoul melaporkan enam kasus lainnya, kata KCDC dalam sebuah pernyataan.

Daejeon dan Busan masing-masing menghitung empat dan dua kasus baru, sementara provinsi Gyeonggi dan Gyeongsang Selatan masing-masing melaporkan empat dan tiga kasus lagi.
Sejak menaikkan tingkat peringatan virus menjadi ‘merah’ atau tingkat tertinggi, pada hari Minggu, otoritas kesehatan telah fokus pada menghentikan penyebaran virus corona di Daegu, pusat penyebaran virus corona di sini, dan Provinsi Gyeongsang Utara.
Para ahli mengatakan jumlah kasus yang dikonfirmasi diperkirakan akan melonjak dalam beberapa hari mendatang karena otoritas kesehatan telah menguji lebih dari 210 ribu anggota Gereja Shincheonji Yesus, sekte yang juga diikuti oleh perempuan ‘penyebar cepat’.
Wakil Menteri Kesehatan Kim Gang Lip mengatakan bahwa tes terhadap 1.299 anggota Shincheonji yang telah menunjukkan gejala coronavirus di Daegu telah selesai.
Hasil resmi dari tes akan dirilis pada akhir pekan dan jumlah kasus yang dikonfirmasi diperkirakan sangat tinggi.
Pemerintah juga memerintahkan 1.638 pengikut Shincheonji untuk mengasingkan diri karena mereka telah menunjukkan gejala.
Kim Nam Joong, seorang ahli paru di Seoul National University Medical School, mengatakan bahwa kasus itu bisa saja terus meningkat.
“Jumlah kasus COVID-19 yang dikonfirmasi diperkirakan akan meningkat untuk saat ini,” katanya.
"Mengingat volume pengujian yang sangat besar, jumlah pasien diperkirakan akan menurun dari puncaknya setelah periode waktu tertentu berlalu," tambah ahli paru tersebut.

Sejak wabah pertama pada 20 Januari di Korea Selatan, laju infeksi belum mengkhawatirkan sampai 18 Februari, ketika seorang wanita berusia 61 tahun yang terikat dengan sekte agama Daegu dites positif terkena virus.
Sejak itu, negara tersebut telah melihat ledakan infeksi karena mempercepat tes virus pada kasus-kasus potensial.
Di seluruh negeri, pemerintah daerah dan rumah sakit telah meluncurkan metode pengujian yang lebih mudah dan lebih cepat seperti pusat tes ‘drive-thru’.
Metode uji dengan cara ini memungkinkan pengemudi melakukan tes melalui mobilnya tanpa harus turun. Terdengar ringkas bukan?
Seluruh prosedur tes memakan waktu sekitar 10 menit dan fasilitas semacam itu juga bertujuan membantu melindungi petugas kesehatan.
Kabar baiknya, Korea Selatan telah memulangkan 26 pasien virus corona yang sepenuhnya pulih dari rumah sakit pada Jumat pagi.
Jumlah orang yang diperiksa untuk virus corona dan karantina mencapai 24.751. Sejauh ini, Korea Selatan telah menguji total 68.918 kasus yang dicurigai, dengan 44.167 terbukti negatif.
( Tribunjogja.com | Bunga Kartikasari )
BERITA TERPOPULER :
• KRONOLOGI Ibu Hamil 7 Bulan Tewas Ditabrak Wanita Belajar Mengemudi, Bayi Sudah Dinanti 7 Tahun
• Bagikan Kabar Duka, Tya Ariestya Tulis Pesan Haru: Sayangku, Sekarang Sudah Diangkat Penyakitmu
• Ditemani Steven, Angel Karamoy dengan Wajah Sembab Lakukan Ini di Depan Jenazah Mantan Mertua
TONTON JUGA :
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Lebih dari 1.500 Orang Terjangkit Virus Corona, Korea Selatan Larang Ekspor Masker