Teriak Minta Tolong Dokter di Wuhan Tangani Pasien Virus Corona, Kelelahan dan Terpaksa Pakai Popok
Dokter kebanyakan memeriksa pasien tanpa peralatan layak, atau terpaksa terus memakai perlengkapan yang sama di saat mereka harus menggantinya
TRIBUNMANADO.CO.ID - Dokter dan tenaga medis yang merawat pasien virus corona menghadapi tantangan yang sangat serius, yakni kelelahan hingga ancaman tertular.
Para pekerja medis harus berhadapan dengan ribuan kasus baru per pekan di Wuhan, kota asal penyebaran virus, kecapean dan kekurangan staf.
Dokter kebanyakan memeriksa pasien tanpa peralatan layak, atau terpaksa terus memakai perlengkapan yang sama di saat mereka harus menggantinya.

Bahkan, di antara mereka ada yang mengenakan popok untuk menghindari terbuangnya banyak waktu akibat harus melepaskan pakaian pelindung saat ke toilet.
Salah satu dokter di klinik umum Wuhan mengungkapkan, dia dan 16 koleganya sudah menunjukkan gejala virus dengan nama resmi Covid-19 itu.
Di antara gejala yang ditimbulkan karena virus corona antara lain adalah adanya infeksi paru-paru, serta batuk terus menerus.
"Sebagai dokter, tentunya kami tidak ingin bekerja sementara kamilah sumber virus itu," kata dokter yang tidak ingin identitasnya diketahui itu dilansir AFP Rabu (12/2/2020).
Namun, dia mengatakan bahwa saat ini, tidak ada yang bisa menggantikan mereka.
Tim medis yang tidak mengalami demam diminta untuk terus bekerja.
Data terbaru Kamis (13/2/2020) siang 1369 orang meninggal dan 60.329 lainnya terinfeksi, dengan sebagian besar kasus terjadi di Wuhan maupun kota lain di wilayah Provinsi Hubei.
• Turis China Positif Virus Corona Dikabarkan Datang ke Indonesia, Bali Jadi Trending Topic Twitter
• Meluasnya Wabah Virus Corona, Panitia Batalkan Mobile World Congress 2020 di Barcelona
• Takut dengan Virus Corona, Petugas di China Bantai Anjing dijalan Sampai Mati
Risiko tim medis bisa terpapar muncul dari Li Wenliang, dokter yang terinfeksi ketika tengah merawat pasien, di mana sebelumnya dia sempat memperingatkan akan adanya potensi wabah.
Namun, peringatannya tersebut berbuah "kunjungan" dari polisi, di mana dia sempat diancam bakal diproses hukum karena dianggap menyebarkan kabar bohong.
Pada akhirnya, virus Covid-19 pun mewabah sesuai dugaan Li Wenliang.
Dia sendiri diketahui meninggal dunia pada Jumat lalu (7/2/2020).
Kematiannya menimbulkan gelombang kemarahan dan protes dari publik seantero China, di mana 10 akademisi mengirim surat terbuka menuntut reformasi politik dan kebebasan berpendapat.