Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Begini Potret Permukaan Matahari yang Terekam Kamera untuk Pertama Kalinya

Daniel K Inouye Solar Telescope (DKIST) yang berlokasi di Haleakala Observatory baru-baru ini merilis foto paling jelas dari permukaan Matahari.

Editor: Aldi Ponge
Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa
Pemandangan matahari terbit dibalut halimun membungkus hamparan pohon dari atas bukit Desa Pinggan, Kintamani, Bangli, Bali. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Permukaan matahari terekam kamera untuk pertama kalinya.

Daniel K Inouye Solar Telescope (DKIST) yang berlokasi di Haleakala Observatory baru-baru ini merilis foto paling jelas dari permukaan Matahari.

Teleskop yang berlokasi di Maui, Hawaii itu menyuguhkan gambar yang sangat detail dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya.

Gambar tersebut menampilkan foto jarak dekat permukaan Matahari yang terdiri dari plasma-plasma serupa struktur sel.

Sel-sel tersebut merupakan indikasi pergerakan yang mengantarkan panas dari pusat Matahari sampai ke permukaannya. Proses ini, yang dinamakan konveksi, membawa plasma yang menjadi terang ke permukaan kemudian kembali gelap saat tenggelam ke interior Matahari.

Gambar permukaan matahari
Gambar permukaan matahari ((INOUYE SOLAR TELESCOPE))

Melansir Universe Today, Jumat (31/1/2020), gambar permukaan Matahari ini berguna bagi astronom untuk memperkirakan perubahan-perubahan drastis pada cuaca di luar angkasa.

“Kami sekarang bisa merilis gambar dan video ini, yang merupakan gambar paling detail dari matahari sampai hari ini. Inouye Solar Telescope milik NSF nantinya akan bisa memetakan peta magnetik di permukaan Matahari, di mana erupsi kecil saja bisa berdampak pada kehidupan Bumi,” tutur Director National Science Foundation (NSF), France Cordova.

Teleskop tersebut, lanjutnya, akan membantu kita untuk memetakan cuaca di luar angkasa dan memprediksikan badai Matahari.

Ilustrasi matahari
Ilustrasi matahari (NASA/SDO AIA)

Matt Mountain selaku President of Association of Universities for Research in Astronomy mengatakan bahwa sejauh ini manusia baru bisa memprediksikan cuaca di Bumi.

“Apa yang kita butuhkan adalah rumus fisika tentang cuaca di luar angkasa, dan ini dimulai dari Matahari. Inouye Solar Telescope akan mempelajari hal ini selama satu dekade mendatang,” tuturnya.

Memetakan dan menghitung daya magnetik Matahari dianggap penting untuk mengetahui aktivitas yang kiranya akan membahayakan bagi kehidupan Bumi dan luar angkasa.

“Untuk menyibak misteri terbesar dari Matahari, kami tidak hanya harus melihat permukaanya secara jelas dari jarak 93 juta mil tapi juga memetakan medan magnetik serta atmosfer terluar dari matahari,” tutur Thomas Rimelle, Director dari Inouye Solar Telescope.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved