Helmy Yahya, dari Enggan hingga Tertantang Memajukan TVRI
Helmy Yahya sebenarnya enggan memimpin TVRI. Namun,karena seseorang, ia bersemangat memperbaiki televisi milik negara yang di nomor buncit.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Sigit Sugiharto
ungkap Helmy Yahya.
Merombak TVRI, Helmy bergegas membagikan KPI kepada jajaran direksinya.
Ia pun turut melakukan reformasi birokrasi, yang menurutnya harus segera dilakukan.
Helmy mengatakan, itu merupakan tugas dan fungsi pokok seorang direktur umum, di mana ia memulai
reformasi birokrasi dalam rangka mengejar tunjangan kinerja karyawan (tunkin).
"TVRI itu satu-satunya lembaga yang PNS itu belum menerima tunkin.
Kemarin ada berita gembira, 30 Desember sudah ditandatangani PP setelah kami kejar hampir dua tahun,
walaupun untuk mencarikan kita perlu juga agak berkeringat, itu menjadi PR," tuturnya.
Tak hanya itu, setelah Helmy merombak total badan TVRI, mulai dari melakukan penertiban dalam keuangan,
menjadi disiplin yang mana tidak boleh lagi ada karyawan TVRI masuk dan tidak masuk sembarangan serta
menegakkan zona integritas, mereka mendapat skor 47 persen di KPI.
"Dan Alhamdulillah pada 30 Desember 2019 lalu, sekali lagi, reformasi birokrasi kami berhasil dengan
ditandatanganinya PP tunkin untuk karyawan TVRI," kata Helmy Yahya.
"Dua tahun lalu teman-teman BPK bicara kepada saya, di TVRI itu ada 200 kamera hilang, 200 laptop hilang, dan
beberapa bulan lalu TVRI mendapatkan penghargaan yang disebut BUMN award, penghargaan untuk
pengelolaan barang milik negara terbaik nomor dua," kata Helmy.
Menurutnya, dalam merombak TVRI, pihaknya sudah melakukan upaya yang sangat keras.
Maka itu, untuk mempertahankan capaian tersebut Helmy kerap mengimbau jajarannya agar terus memperbaiki
tata kelola keuangan agar tidak terjadi lagi disclaimer.
Helmy mengatakan, sebuah lembaga yang mengalami disclaimer menunjukkan bahwa pengelolaan
keuangannya tidak baik, pengelolaan barang milik negara di dalam lembaga tersebut juga tidak baik serta
internal kontrolnya tidak bisa diandalkan.
Maka itu, pembenahan yang dilakukan Helmy adalah dengan menerapkan cash lesssystem, di mana tidak ada
lagi transaksi yang boleh langsung dibayarkan secara cash.
"Cash less system menunjukkan detail nama, identitas pengirim. Itu yang kita lakukan dan Alhamdulillah pada
tahun 2018 laporan keuangan kami adalah sudah Wajar Tanpa Pengecualian. Semoga kami bisa pertahankan di
2019," ujarnya.
Kemudian, karena televisi itu produknya adalah konten, Helmy pun turut melakukan perbaikan pada konten
yang ditayangkan di TVRI.
Bahkan, menurut keterangan Helmy, nilai rating dan share TVRI selama ini berada di nomor buncit alias juru
kunci lantaran karyawannya tidak terbiasa berkompetisi.
"Yang kami ingin sampaikan, pegawai TVRI itu bertahun-tahun mungkin tidak terbiasa untuk kompetitif. Makanya
rating dan share di nomor buncit. Saya bersama direksi turun ke bawah, mengajarkan banyak hal yang kami
lakukan di luar," katanya.
"Baik cara mengedit, cara mengarahkan kamera dan cara membuat proposal dan judul, kami turun langsung ke
bawah, bicara langsung dengan mereka, makan bersama duduk bersama, buang pakaian kebesaran, dan dari
program TVRI yang dulu tidak ditonton orang, saya mohon ijin untuk mempersembahkan program terbaik kami,
memenangkan piala presiden, jelajah kopi," ujarnya.
(tribun network/genik)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/helmy-yahya-dan-kuasa-hukumnya-chandra-marta-hamzah.jpg)