Belum Ada WNI Terjangkit Virus Corona, Manado dan Bali Perlu Waspada
Wabah penyakit pneumonia akibat virus corona yang berjangkit di Wuhan, China, mulai menyebar ke negara lain. Manado dan Bali patut mewaspadainya.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Sigit Sugiharto
"Belum (belum ada travel warning), kami akan evaluasi terus," ujarnya.
Akan tetapi, Wamenlu mengatakan WNI yang berada di China tetap harus waspada, hal tersebut dikarenakan
virus tersebut bergerak sangat cepat.
"Diwaspadai, karena hal tadi bergerak cepat sekali," ujarnya.
Pemerintah Indonesia berharap pemerintah China dapat melakukan upaya yang dapat mencegah penyebaran virus.
"Kita harap pihak pemerintah China dapat mengcontain dan mengisolasinya. kita pantau betul karena pergerakannya," ujar Mahendra Siregar.
Korban Bertambah
Jumlah korban meninggal dunia terus bertambah akibat virus corona jenis baru di China.
Orang kesembilan telah meninggal dunia di Wuhan pada Selasa (21/1) malam. Departemen Kesehatan China
melaporkan pula 440 orang tertular virus yang bisa menyebabkan kematian tersebut.
Wakil Menteri Kesehatan Li Bin mengatakan pihaknya mewaspadai penyebaran virus ini terhadap siapa saja yang
punya kontak langsung dengan para pasien.
Paling tidak berdasarkan catatan ada sebanayak 2.197 kasus kontak dekat dengan pasien.
Virus corona ini bisa disebarkan melalui saluran pernapasan.
Selain itu, hewan juga tidak diperbolehkan memasuki Kota Wuhan, di mana wabah berasal.
"China juga akan meningkatkan kerjasama dengan organisasi kesehatan dunia (WHO)," ujar Li.
Bandara di seluruh dunia juga telah memperketat screening para wisatawan dari China sebagai tindakan
pencegahan terhadap penularan virus korona.
Thailand, Korea Selatan, Jepang dan Taiwan tercatat sudah terdeteksi ada yang terjangkit virus korona.
Dua kasus terbaru infeksi virus korona jenis baru dikonfirmasi di Thailand pada minggu ini.
Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan Umum Anutin Charnvirakul diumumkan pada hari Rabu (22/1).
Itu berarti sejauh ini sudah empat orang di Thailand terdeteksi virus korona jenis baru.
Dua kasus pertama yang melibatkan dua wisatawan China telah dirawat dan mereka telah dipulangkan.
Untuk kasus terbaru, satu di antaranya adalah wanita Thailand berusia 73 tahun yang baru saja melakukan
perjalanan dari Wuhan, China. Saat ini pasien tersebut sedang dalam proses pemuulihan di sebuah rumah sakit
di Provinsi Nakhon Pathom.
Pasien lain adalah wisatawan asal China berjenis kelamin laki-laki. Wisatawan 68 tahun itu terdeteksi dengan
suhu tubuh yang tinggi di Bandara Suvarnabhumi di Bangkok pada Minggu (19/1).
Kini yang bersangkutan sedang dirawat di Institute Penyakit Menular Bamrasnaradura di Provinsi Nonthaburi.
Anutin mengatakan dua pasien tengah menerima perawatan di fasilitas medis di luar ibukota Bangkok.
"Saya ingin meminta semua orang untuk percaya kepada sistem medis Thailand dan kesehatan masyarakat,
yang modern dan siap untuk menangani situasi, meskipun virus ini adalah jenis baru," ujar Anutin.
"Kami memantau dan memisahkan penumpang yang tiba. Kami memiliki sistem untuk memonitor kontak dekat,
termasuk supir, dokter, perawat dan orang yang telah menangani pasien yang terdeteksi. Dua pasien ini baru
akan dipulangkan dari fasilitas medis dan diizinkan untuk kembali ke rumah setelah hasil tes laboratorium
menunjukkan mereka sudah sehat," tambahnya.
Di Thailand, tindakan pencegahan telah dilakukan di Bandara Internasional dan rumah sakit.
Antara 3-21 Januari 2020 terdapat 19.480 penumpang dan kru dari 123 penerbangan dari Kota Wuhansudah
melalui alat pemindai suhu tubuh (thermal scanner).
Pemindai suhu tubuh ini beroperasi di lima Bandara Internasional di seluruh Thailand, termasuk Bandara
Suvarnabhumi dan Bandara Don Mueang di Bangkok.
Tiga lainnya di bandara-bandara tujuan wisata populer, yakni di Chiang Mai, Phuket dan Krabi.
Di Chiang Mai, alat ini diterapkan untuk penumpang dari maskapai China yang terbang langsung dari Wuhan ke Chiang Mai.
Rapat Darurat
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan pertemuan darurat untuk membahas wabah virus korona di China.
Seruan itu muncul setelah China melaporkan satu kematian baru akibat virus 2019-nCoV yang berasal dari Kota
Wuhan, China. Lewat Twitter-nya,
WHO mengatakan bahwa Direktur Jenderal Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus akan memimpin pertemuan di Jenewa pada Rabu (22/1).
(Tribun Network/fia/nas/wly)
