Belum Ada WNI Terjangkit Virus Corona, Manado dan Bali Perlu Waspada
Wabah penyakit pneumonia akibat virus corona yang berjangkit di Wuhan, China, mulai menyebar ke negara lain. Manado dan Bali patut mewaspadainya.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Sigit Sugiharto
TRIBUNMANADO.CO.ID - Wabah penyakit pneumonia akibat virus corona yang terjadi di Wuhan, China mulai menyebar ke negara lain.
Beberapa negara telah mengkonfirmasi memiliki pasien corona seperti Vietnam maupun Singapura negara yang paling berbatasan dengan Indonesia.
Di Indonesia, pihak Kementerian Kesehatan memastikan sampai saat ini belum ditemui adanya laporan pasien terjangkit corona.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, dr Wiendra Waworuntu M Kes menyebutkan,
Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di luar negeri juga belum ada yang dilaporkan terkena virus tersebut.
“Sampai saat ini belum ada yang dicurigai corona virus. WNI di luar negeri juga belum ada yang terkena corona virus,” kata dr Wiendra, Rabu(22/1).
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Bandara Soekarno Hatta (Soetta), Annas Ma’aruf juga
memastikan penumpang yang masuk ke Indonesia khususnya warga negara asing dari China melalui Bandara
Soekarno-Hatta belum ada yang terindikasi virus yang menyerang saluran pernapasan itu.
“Kami di Bandara Soekarno Hatta yang meningkatkan pengawasan corona virus awal Januari belum menemukan
ada yan terindikasi itu,” ucap Annas Ma’aruf di kesempatan yang sama.
Penyakit pneumonia memiliki gejala pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan gangguan pada sistem
respirasi mulai dari yang ringan seperti batuk kering hingga sesak, kemudian suhu tubuh akan panas.
PT Angkasa Pura I (Persero) melakukan pengetatan pemeriksaan kesehatan penumpang internasional di seluruh
bandara yang dikelola untuk mencegah penyebaran virus Korona masuk ke Indonesia.
Pengetatan pengawasan dilakukan Angkasa Pura I bekerja sama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
melalui pengoptimalan penggunaan thermal scanner untuk mendeteksi peningkatan suhu tubuh penumpang
yang dipasang pada area kedatangan.
“Pengetatan pemeriksaan kesehatan penumpang ini merupakan langkah kami untuk mencegah masuknya virus
corona melalui wisatawan yang masuk ke tanah air, khususnya dari beberapa negara-negara yang telah
terjangkit," ujar Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi.
Bali dan Manado merupakan tujuan destinasi wisatawan terbesar asal China yang datang melalui bandara yang
dikelola oleh Angkasa Pura I.
Sepanjang tahun 2019 lalu, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali dilewati lebih dari dari 1,19 juta penumpang asal China.
Sedangkan Bandara Sam Ratulangi Manado dilewati lebih dari 116 ribu penumpang asal China.
"Memasuki libur Tahun Baru Imlek ini, Bali dan Manado berpotensi mengalami peningkatan kunjungan
wisatawan asal China sehingga perlu ditingkatkan kewaspadaannya," kata Faik Fahmi.
Indikasi penumpang internasional yang membawa virus corona antara lain memiliki kondisi suhu tubuh di atas
38 derajat serta memiliki gejala umum batuk, demam, sesak napas, dan memiliki riwayat perjalanan
penerbangan dari China.
Angkasa Pura I akan langsung berkordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan setempat untuk selanjutnya
penumpang tersebut akan dilakukan penanganan khusus.
Virus corona pertama kali mewabah di Wuhan-China dan telah menyebar ke beberapa negara di Asia seperti
Thailand, Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan.
Orang yang terjangkit virus corona menunjukkan gejala penyakit umum seperti demam, batuk, sesak napas.
Dalam kondisi lebih parah, virus korona dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal
hingga menyebabkan kematian.
“Kami mengimbau kepada setiap penumpang, khususnya bagi Warga Negara Indonesia yang akan bepergian
keluar negeri dan yang akan pulang dari luar negeri, untuk mengikuti perkembangan virus corona.
Tidak lupa kami ingatkan juga untuk dapat menggunakan masker yang menutupi hidung dan mulut, selalu
mencuci tangan, menjaga kondisi kesehatan tubuh," tambah Faik Fahmi.
Travel Warning
Pemerintah Indonesia belum akan memberikan travel warning terkait virus corona jenis baru yang menyebabkan
penyakit pnemonia misterius di Wuhan China.
Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu), Mehendra Siregar menyebut pemerintah Indonesia masih akan mengevaluasi terkait hal tersebut.
"Belum (belum ada travel warning), kami akan evaluasi terus," ujarnya.
Akan tetapi, Wamenlu mengatakan WNI yang berada di China tetap harus waspada, hal tersebut dikarenakan
virus tersebut bergerak sangat cepat.
"Diwaspadai, karena hal tadi bergerak cepat sekali," ujarnya.
Pemerintah Indonesia berharap pemerintah China dapat melakukan upaya yang dapat mencegah penyebaran virus.
"Kita harap pihak pemerintah China dapat mengcontain dan mengisolasinya. kita pantau betul karena pergerakannya," ujar Mahendra Siregar.
Korban Bertambah
Jumlah korban meninggal dunia terus bertambah akibat virus corona jenis baru di China.
Orang kesembilan telah meninggal dunia di Wuhan pada Selasa (21/1) malam. Departemen Kesehatan China
melaporkan pula 440 orang tertular virus yang bisa menyebabkan kematian tersebut.
Wakil Menteri Kesehatan Li Bin mengatakan pihaknya mewaspadai penyebaran virus ini terhadap siapa saja yang
punya kontak langsung dengan para pasien.
Paling tidak berdasarkan catatan ada sebanayak 2.197 kasus kontak dekat dengan pasien.
Virus corona ini bisa disebarkan melalui saluran pernapasan.
Selain itu, hewan juga tidak diperbolehkan memasuki Kota Wuhan, di mana wabah berasal.
"China juga akan meningkatkan kerjasama dengan organisasi kesehatan dunia (WHO)," ujar Li.
Bandara di seluruh dunia juga telah memperketat screening para wisatawan dari China sebagai tindakan
pencegahan terhadap penularan virus korona.
Thailand, Korea Selatan, Jepang dan Taiwan tercatat sudah terdeteksi ada yang terjangkit virus korona.
Dua kasus terbaru infeksi virus korona jenis baru dikonfirmasi di Thailand pada minggu ini.
Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan Umum Anutin Charnvirakul diumumkan pada hari Rabu (22/1).
Itu berarti sejauh ini sudah empat orang di Thailand terdeteksi virus korona jenis baru.
Dua kasus pertama yang melibatkan dua wisatawan China telah dirawat dan mereka telah dipulangkan.
Untuk kasus terbaru, satu di antaranya adalah wanita Thailand berusia 73 tahun yang baru saja melakukan
perjalanan dari Wuhan, China. Saat ini pasien tersebut sedang dalam proses pemuulihan di sebuah rumah sakit
di Provinsi Nakhon Pathom.
Pasien lain adalah wisatawan asal China berjenis kelamin laki-laki. Wisatawan 68 tahun itu terdeteksi dengan
suhu tubuh yang tinggi di Bandara Suvarnabhumi di Bangkok pada Minggu (19/1).
Kini yang bersangkutan sedang dirawat di Institute Penyakit Menular Bamrasnaradura di Provinsi Nonthaburi.
Anutin mengatakan dua pasien tengah menerima perawatan di fasilitas medis di luar ibukota Bangkok.
"Saya ingin meminta semua orang untuk percaya kepada sistem medis Thailand dan kesehatan masyarakat,
yang modern dan siap untuk menangani situasi, meskipun virus ini adalah jenis baru," ujar Anutin.
"Kami memantau dan memisahkan penumpang yang tiba. Kami memiliki sistem untuk memonitor kontak dekat,
termasuk supir, dokter, perawat dan orang yang telah menangani pasien yang terdeteksi. Dua pasien ini baru
akan dipulangkan dari fasilitas medis dan diizinkan untuk kembali ke rumah setelah hasil tes laboratorium
menunjukkan mereka sudah sehat," tambahnya.
Di Thailand, tindakan pencegahan telah dilakukan di Bandara Internasional dan rumah sakit.
Antara 3-21 Januari 2020 terdapat 19.480 penumpang dan kru dari 123 penerbangan dari Kota Wuhansudah
melalui alat pemindai suhu tubuh (thermal scanner).
Pemindai suhu tubuh ini beroperasi di lima Bandara Internasional di seluruh Thailand, termasuk Bandara
Suvarnabhumi dan Bandara Don Mueang di Bangkok.
Tiga lainnya di bandara-bandara tujuan wisata populer, yakni di Chiang Mai, Phuket dan Krabi.
Di Chiang Mai, alat ini diterapkan untuk penumpang dari maskapai China yang terbang langsung dari Wuhan ke Chiang Mai.
Rapat Darurat
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan pertemuan darurat untuk membahas wabah virus korona di China.
Seruan itu muncul setelah China melaporkan satu kematian baru akibat virus 2019-nCoV yang berasal dari Kota
Wuhan, China. Lewat Twitter-nya,
WHO mengatakan bahwa Direktur Jenderal Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus akan memimpin pertemuan di Jenewa pada Rabu (22/1).
(Tribun Network/fia/nas/wly)