Daftar 5 Jenderal Kawanua, Salah Satunya Terlibat Dalam Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma
Sejak sebelum berdirinya Republik Indonesia, banyak putra berdarah Manado yang turut serta memberikan kontribusi penuh bagi kemerdekaan.
3. Letnan Jenderal TNI (Purn.) Johny Josephus Lumintang
Johny Josephus Lumintang, lahir Desa Noongan, Minahasa, Sulawesi Utara, 28 Juni 1947.
Ia adalah salah satu tokoh militer Indonesia dan duta besar Indonesia untuk negara Filipina sejak 14 Februari 2014.
Lulusan AKABRI Angkatan 1970 dan berasal dari kesatuan Infanteri - Baret Hijau.
Pangkat Terakhir militer aktif adalah Letnan Jenderal TNI. Jabatan terakhir sebagai militer aktif adalah Sekretaris Jenderal DEPHAN.
Lumintang merupakan salah satu tokoh yang turut berperan dalam operasi pembebasan sandera Mapenduma Team Ekspedisi Lorenz di Irian Jaya, lewat Operasi Rajawai. Saat itu dirinya menjabat Kepala Staf Kodam/Kasdam VIII/Trikora (1996).
Setelah dilantik sebagai Panglima Kodam VII/Trikora (sekarang Kodam XVII/Cendrawasih) pada 20 Agustus 1996, Lumintang kembali mendapat tugas lagi.
Ia diberi amanat untuk membebaskan sandera 14 orang karyawan PT. Jayanti yang disandera GPK di Kamuna Raya Camp Timika tanggal 14 Agustus 1996.
Operasi pembebasan sandera ini dipimpin Lumintang sendiri, dan diselesaikan dalam waktu singkat, tepatnya pada 18 September 1996. Sandra dibebaskan walaupun akhirnya 2 sandera meninggal dunia.
Jabatan Pangdam VII/Trikora diembankan padanya selama satu setengah tahun.
Tamatan Akabri tahun 1970, ini kemudian kembali dipercayakan menjabat Asisten Operasi Kasum TNI (dulu ABRI).
Beberapa jabatan penting sebelumnya antara lain: Komandan Batalyon Infanteri 751, Dandim Merauke dan Jayapura, Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 18/Trisula Kostrad, Komandan Rindam Jaya, Danrem 164 Timor-Timur dan Panglima Divisi Infanteri I/Kostrad.
Pada saat-saat kritis saat Soeharto turun dari kursi kepresidenan, Johny dipercaya menjabat Pangkostrad, menggantikan Letjen TNI Prabowo Subianto (yang saat itu terkenal sebagai The Rising Star).
Sayang, masa jabatannya sebagai Panglima Kostrad sangat singkat, hanya 17 jam (22-23 Mei 1998). Itu adalah saat-saat yang paling menentukan dalam kehidupan bangsa dan negara.
Tanggal 30 Oktober 1998, Johny lagi-lagi dipercaya menggantikan posisi Prabowo sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI. Sekaligus juga menggantikan kedudukannya sebagai Anggota Fraksi ABRI MPR-RI.