Kasus Jiwasraya
Skandal Jiwasraya, Ada Temuan 5000 Transaksi, Rini Soemarno Kemungkinan Diperiksa
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyebutkan kasus gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya (AJS) akan berdampak secara sistemik di industri keuangan Indonesia
Hendrawan menjelaskan, saat ini Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sedang melakukan upaya penyehatan keuangan Jiwasraya melalui sejumlah opsi.
Kemudian, Kejaksaan Agung juga tengah menyidik adanya dugaan korupsi yang terjadi di Jiwasraya pada periode 2013 hingga 2017.
"Belum diperlukan pansus, tapi harus tetap dikawal. Semua masalahnya sedang ditangani oleh pemerintah dan Kejaksaan Agung kalau soal hukum," kata Hendrawan.
Hendrawan optimistis Kementerian BUMN juga ikut serta mencari solusi terbaik menyelamatkan Jiwasraya dan mengembalikan kewajiban kepada nasabah.
"Adapun soal dugaan tindak korupsi yang dilakukan manajemen lama, jajaran Kejaksaan Agung akan mampu membongkar aktor intelektual yang merugikan Jiwasraya lebih dari Rp 13,7 triliun," pungkasnya.
Tidak Lapor
PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) menanggapi langkah Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sempat menghentikan perdagangan atau suspensi saham perusahaan pada 3 Januari 2020.
Direktur Utama Alfa Energi Investama Aris Munandar mengatakan, saat ini suspensi tersebut sudah dibuka BEI per 6 Januari 2020.
"Terkait suspensi saham FIRE, kami sebagai manajemen baru tahu dari BEI waktu itu, tapi sudah dibuka karena untuk periode cooling down," ujarnya.
Sementara itu, Aris tidak diberi tahu BEI maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ketika saham perusahaan dipegang oleh PT Asuransi Jiwasraya(AJS) hingga harganya melonjak mencapai level tertinggi Rp 14.050 pada 17 Mei 2019.
"Saya baru dengar bahwa Jiwasraya miliki saham FIRE, saya juga tidak tahu informasi ke kami sebagai manajemen bahwa Jiwasraya punya saham di tempat kami," katanya.
Kendati demikian, ia menambahkan, jangan sampai kepemilikan Jiwasraya di perusahaan menjadi isu pasar untuk menggerakan saham. "Mungkin jangan jadikan rumor karena tidak ada konfirmasi sama sekali ke kami," ujar Aris.
Aris Munandar juga memberikan respons terkait harga saham perusahaan yang sempat melonjak pada 2019.
Tahun lalu, saham FIRE menembus level tertinggi Rp 14.050 per saham pada 17 Mei dari harga awal initial public offering (IPO) yang hanya Rp 750 per saham.
Kendati demikian, Aris mengaku tidak mendapatkan keuntungan sama sekali dari melonjaknya saham perusahaan lebih dari 1.700 persen.
"Saya tidak tahu, tidak ada realisasi keuntungan. Saya malah tidak tahu ada Jiwasraya di saham FIRE," ujarnya.
Bahkan, Aris mengungkapkan nilai sahamnya di perusahaan sejak awal IPO hingga saat ini anjlok di level Rp 284 per saham tidak mengalami perubahan sama sekali. "Dulu iya di sempat Rp 14.000-an, tapi saham saya sekarang posisinya disitu saja tidak bergerak. Tidak ada untung banyak," pungkasnya.
(Tribun Network/van/wly)
• Natuna Memanas, Kerja Sama Infrastruktur Indonesia-China Tetap Jalan