Konflik Natuna
Natuna Memanas, Kerja Sama Infrastruktur Indonesia-China Tetap Jalan
Konflik antara Indonesia dan China terkait Kepulauan Natuna tidak berpengaruh terhadap kerja sama dua negara di bidang ekonomi.
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Konflik antara Indonesia dan China terkait Kepulauan Natuna tidak berpengaruh terhadap kerja sama dua negara di bidang ekonomi.
Proyek infrastruktur di Indonesia yang bekerja sama denga investor asal China tetap berjalan.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi usai bertemu Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD di Cikini, Jakarta, Rabu (8/1).
"Tidak ada (gangguan, red). Jalan saja, lancar. Saya pikir kita mesti memisahkan antara Natuna dengan kegiatan-kegiatan investasi, jalan semua," kata Budi.
Satu dari sekian proyek perhubungan yang tengah dikerjasamakan dengan China yaitu proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).
Dana yang digunakan untuk proyek ini berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB) sebesar 75 persen dan 25 persen dari PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Hingga akhir 2019, proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung menghabiskan biaya sekitar Rp40 triliun.
• Donald Trump Sebut Tidak Menderita Korban Pasca Serangan Iran ke Pangkalan Militer, Semua Selamat
Adapun total biaya sebesar Rp80 triliun untuk keseluruhan proyek. Selain proyek KCJB, China juga mendanai beberapa proyek infrastruktur transportasi di tanah air.
"Kereta cepat, ada juga beberapa pelabuhan yang sedang dibicarakan," kata Budi.
Ketua Bidang Ekonomi DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Said Abdullah mengatakan, pemerintah tidak perlu khawatir hubungan ekonomi Indonesia dengan China akan memburuk akibat kasus Natuna.
Menurutnya China tidak akan mengorbankan kepentingan nasionalnya karena ngotot mengklaim Natuna sebagai bagian dari wilayahnya.
"Tidak (berpengaruh, res), saya tidak yakin China akan mengorbankan kepentingan nasionalnya karena soal Natuna," kata Said di Kantor DPP PDI-P, Jakarta, Rabu, (8/1).
Kepentingan China kepada Indonesia menurut Said lebih besar ketimbang masalah Natuna. Ia menegaskan Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara lainnya merupakan pasar besar bagi China.
"Jadi tidak usah takut. China dengan Indonesia bukan hanya hubungan ekonomi, China ini masih membutuhkan kita sebagai sahabat."
"Jika terjadi apa apa dengan ASEAN, China akan kena imbasnya. Kepentingan China besar di ASEAN ini. ASEAN ini pasar besar China," katanya.