Lifestyle
Stigma Penderita HIV, Sebagian Milenial Masih Percaya Bisa Menular Lewat Pelukan
Kurangnya kesadaran tersebut, menyebabkan banyak orang menghindari interaksi sosial dengan pasien HIV
TRIBUNMANADO.CO.ID - Seluruh dunia mengenal penyakit HIV (Human Immunodeficiency Viruses).
Orang yang terjangkit penyakit ini terutama di AS masih mengalami stigma, terlepas dari upaya puluhan tahun untuk menyebarkan kesadaran tentang bagaimana penyakit itu menyebar dan memengaruhi tubuh.
Sebuah survei baru yang didukung oleh Merck dan Kampanye Akses Pencegahan menunjukkan bahwa 23 persen dari milenial HIV-negatif dan 41 persen Gen Z HIV-negatif sama sekali tidak diberitahu atau "hanya sedikit" diberi informasi terkait infeksi HIV.

Kurangnya kesadaran tersebut, menyebabkan banyak orang menghindari interaksi sosial dengan pasien HIV.
Sekitar 28 persen generasi milenial mengatakan mereka selama ini menghindari berpelukan, berbicara, atau pun berteman dengan orang dengan HIV.
Hampir 50 persen dari semua responden, berusia 18 hingga 36, percaya bahwa seseorang yang viral loadnya abnormal dapat menularkan HIV.
Namun menurut Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat, orang dengan HIV hanya dapat menularkan virus melalui kontak langsung dengan cairan tubuh tertentu, seperti darah dan air mani.
Temuan ini berasal dari survei online terhadap 1.596 orang milenial dan generasi Z di AS.
Setengah dari responden telah didiagnosis dengan HIV.
Menurut Bruce Richman, direktur eksekutif Kampanye Akses Pencegahan, laporan tersebut harus mengingatkan publik dan pemerintah bahwa krisis AIDS masih berlangsung.
• Ilmuwan Temukan Strain Baru HIV, Ini yang Anda Harus Ketahui
• 500 Ribu Pengidap HIV/AIDS di Indonesia Belum Dapat Pengobatan
• Vaksin HIV Masuk Tahap Uji Klinis, Ribuan Orang di 8 Negara Akan Mencobanya
“Meskipun ada kemajuan ilmiah dan adanya advokasi dan pendidikan HIV selama puluhan tahun, para dewasa muda tampaknya tak mendapat pengetahuan secara efektif tentang pengetahuan dasar HIV,” katanya dalam sebuah pernyataan.
"Sudah waktunya untuk meningkatkan percakapan nyata tentang HIV dan kesehatan seksual di kalangan anak muda, dan membuat sesuatu yang inovatif dan menarik untuk mendidik dan memerangi stigma HIV."
Chris, seorang konsultan berusia 32 tahun, adalah salah satu orang yang mengalami dampak stigma HIV.
Dia mengatakan, dirinya mengalami diskriminasi meskipun tinggal di kota-kota di mana orang memiliki lebih banyak akses ke informasi.
"Saya pergi ke dokter gigi di Atlanta, dan setelah mengisi formulir riwayat medis saya mendengar salah satu perawat mengatakan, mereka tidak akan menyentuh saya - bahkan dengan sarung tangan," kata Chris kepada NBC News.