Sriwijaya Pulangkan 11 Karyawan Garuda
Buntut dari kemelut bisnisnya dengan PT Garuda Indonesia Tbk (Persero), manajemen Sriwijaya Air Group
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Buntut dari kemelut bisnisnya dengan PT Garuda Indonesia Tbk (Persero), manajemen Sriwijaya Air Group akhirnya mengembalikan 11 karyawan Garuda Indonesia Group yang ditempatkan dan diperbantukan ke mereka.
• Penumpang Sriwijaya Pilih Naik Garuda
Tak hanya itu, mereka juga mengembalikan vice president (VP) dan senior manager (SM) yang berasal dari Garuda Indonesia Group terhitung sejak Kamis (7/11).
Pengembalian tersebut terungkap dari surat perseroan yang ditujukan kepada Direktur Utama Garuda Indonesia, Ari Askhara, dan Direktur Utama Citilink Indonesia. Juliandra.
Dalam surat bernomor 018/EXT/DH/SJ/XI/2019 tersebut disebutkan, pengembalian karyawan lantaran berakhirnya masa transisi terkait kerja sama antara Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air Group pada 31 Oktober 2019. Keputusan itu telah mendapatkan pertimbangan dari pemegang saham dan Dewan Komisaris Sriwijaya Air Group.
Selain memulangkan 11 karyawan Garuda, PT Sriwijaya Air juga menunjuk Jeferson Irwin Jauwena menjadi direktur utama baru mereka. Penunjukan itu tertuang dalam Surat Keputusan Nomor 088 Tahun 2019.
Dalam surat yang ditandatangani Pemegang Saham Hendry Lie tersebut, penunjukan berlaku efektif 7 November. Selain menunjuk Irwin, pemegang saham Sriwijaya Air juga menunjuk tiga petinggi lain, yakni Didi Iswandy menjadi direktur operasional, Cecep Cahyana menjadi direktur quality, safety and Security, serta Dwi Iswantoro menjadi Direktur Teknik.
• Pemerintah Subsidi BPJS Kesehatan Kelas III
Jeferson Irwin yang dikonfirmasi atas penunjukan direksi tersebut tak membenarkan juga tak membantahnya. Namun, ia menolak menjelaskan secara lebih rinci pertimbangan penunjukan tersebut.
”Kenapa kamu nanya begitu, kamu tidak yakin?” katanya, Jumat (8/11). Yang pasti, mengenai pengembalian 11 karyawan Garuda, Jeferson membenarkan hal tersebut. ”Kalau ada pengembalian iya. Saya tidak hafal berapa karyawan. Saya belum lihat suratnya nanti saya lihat dulu saya cek,” katanya.
Sebagai informasi, Garuda Indonesia dan Sriwijaya tengah berkonflik terkait Kerja Sama Manajemen (KSM). Sengketa ini bukan kali pertama. Sebelumnya, kisruh kerja sama manajemen kedua grup maskapai penerbangan nasional itu mengemuka saat pemegang saham Sriwijaya Air mencopot Joseph Adrian Saul sebagai direktur utama perusahaan melalui rapat dewan komisaris dan direksi 9 September silam.
Penerbangan Kembali Normal
Akibat konfliknya dengan Garuda, jadwal penerbangan maskapai milik Chandra Lie itu pada Kamis (7/11) lalu sempat mengalami penundaan (delay), bahkan ada yang dibatalkan. Namun kemarin, jadwal penerbangan maskapai dengan kode penerbangan SJ itu sudah kembali normal.
Febri Toga Simatupang selaku Senior Manager Of Branch Communication and Legal, Bandara Internasional Soekarno-Hatta mengatakan, seluruh penumpang Sriwijaya Air yang sebelumnya sempat tertahan di Bandara Soekarno-Hatta telah diberangkatkan ke daerah tujuannya masing-masing. ”Operasional dan jadwal penerbangan hari ini berjalan normal pasca delay penerbangan Sriwijaya Air kemarin,” kata Febri, Jumat (8/11).
Executive General Manager Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Agus Haryadi beserta jajaran sudah turun ke Terminal guna memastikan seluruh penumpang Sriwijaya Air yang terdampak terlayani dengan baik. "Kemarin, kami beserta EGM turun ke lapangan, mengawasi dan memastikan semua penumpang yang terkena delay dapat terbang," tutur Febri.
• Pilkada Tidak Langsung Setelah Tahun 2020
Mengenai jadwal penerbangan Sriwijaya yang mengalami penundaan dan pembatalan pada Kamis (7/11) lalu, Jefferson memastikan bahwa seluruh pelanggan akan menerima kompensasi sesuai aturan yang berlaku.
”Sebagai maskapai yang patuh terhadap peraturan, Sriwijaya Air berkomitmen penuh menunaikan kewajibannya kepada seluruh pelanggan sesuai dengan peraturan yang telah dikeluarkan oleh regulator yakni Kementerian Perhubungan Republik Indonesia,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa penundaan dan pembatalan jadwal penerbangan yang dialami Sriwijaya Air itu disebabkan adanya kendala operasional. Namun demikian, Sriwijaya Air mengaku telah mengambil langkah-langkah guna menangani hal tersebut sesegera mungkin agar tidak menimbulkan dampak yang lebih luas lagi.
”Terkait gangguan tersebut, kami telah melakukan beberapa upaya recovery. Dan atas hal tersebut, saya mewakili manajemen sangat mengapresiasi kinerja seluruh karyawan karena sebagian besar jadwal penerbangan Sriwijaya Air pada hari ini sudah kembali beroperasi secara normal,” lanjutnya. (tribun network/ria/rey/dod)
Lika-liku Retaknya Hubungan Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air Group
*Oktober 2018
Sriwijaya Air melaporkan beban utang perusahaan kepada BUMN yang membengkak. Utang mereka kepada PT Pertamina (Persero) Rp 942 miliar, PT GMF AeroAsia Tbk Rp 810 miliar, PT Bank Negara Indonesia Rp 585 miliar, PT Angkasa Pura II (Persero) Rp 80 miliar, PT Angkasa Pura I (Persero) Rp 50 miliar. Total utang manajemen Sriwijaya Air kala itu disebut tiga kali lipat lebih banyak dari aset.
*November 2018
Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia Group meneken kerja sama operasi atau KSO, yang selanjutnya berubah menjadi kerja sama manajemen atau KSM. Garuda Indonesia Group mengirim perwakilannya untuk menempati beberapa kursi strategis di Sriwijaya Air.
*Desember 2018
Tim Garuda Indonesia Group mencatat kas Sriwijaya Air rugi Rp 1,2 triliun.
*Januari 2019
Manajemen Garuda Indonesia Group mencatatkan keuntungan pengoperasian Sriwijaya Air Rp 36 miliar.
*Februari 2019
Sriwijaya Air mencatatkan keuntungan Rp 17 miliar, Garuda Indonesia Group melakukan penyesuaian gaji untuk karyawan Sriwijaya Air.
*Maret 2019
Pemegang saham dan komisaris Sriwijaya Air menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa atau RUPSLB tanpa pemberitahuan ke direksi. RUPSLB menghasilkan keputusan mengubah anggaran dasar rumah tangga yang isinya membatasi kewenangan direksi. Pada saat itu juga, Sriwijaya Air membukukan untung Rp 20 miliar.
*Juni 2019
Akta RUPBLB pada Maret keluar
*Juli 2019
Komisaris Sriwijaya Air Ari Akshara dan Direktur Sriwijaya Air Julaindra Nurtjahjo mundur karena rangkap jabatan di Garuda Indonesia Group.
*Agustus 2019
Pemegang saham mengangkat Jenderal (Purn) Jusuf Manggabarani sebagai komisaris utama dan RA Tampubolon sebagai Direktur Legal dan Kepatuhan. Sriwijaya Air juga mengangkat pelaksana tugas dan harian sehingga terjadi dualisme kepemimpinan. Saat itu, Garuda Indonesia Group menyatakan keberatan.
*24 September 2019
GMF mencabut lima mesin di pesawat Sriwijaya Air.
*25 September 2019
Direktur Utama Sriwijaya Air Joseph Saul mundur karena ada dualisme kepemimpinan. Kemenhub mengangkat Jefferson I Jauwena sebagai key person. Ia menjadi Plt Dirut Sriwijaya Air. Berbarengan dengan itu, Garuda Indonesia Group mencabut semua logonya di pesawat Sriwijaya Air dan Nam Air.
*29 September 2019
Direktur Quality, Safety, dan Security PT Sriwijaya Air Toto Soebandoro menyurati pemegang saham untuk menghentikan pengoperasian sementara pesawat Sriwijaya karena tidak layak terbang.
*30 September 2019
Dua direktur Sriwijaya Air mengundurkan diri karena surat soal keamanan operasional armada tidak digubris. Bersamaan dengan itu, pemegang saham Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia rapat dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN.
*1 Oktober 2019
Sriwijaya Air Group dan Garuda Indonesia Group rujuk.
*7 November 2019
Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air Group pecah kongsi lagi. Maskapai pelat merah itu memberikan keterangan tertulis bahwa Sriwijaya Air telah memutuskan tidak lagi tergabung dengan manajemennya.