Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Manado

Kisah Haru Masih Tersimpan di Benak Warga Korban Banjir DAS 2014 Silam

Mengunjungi salah satu area rawan banjir di daerah aliran sungai (DAS) Tondano tepatnya di Kampung Istiqlal, Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara.

Penulis: Dewangga Ardhiananta | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUN MANADO/DEWANGGA ARDHIANANTA
Kisah Haru Masih Tersimpan di Benak Warga Korban Banjir DAS 2014 Silam 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Mengunjungi salah satu area rawan banjir di daerah aliran sungai (DAS) Tondano tepatnya di Kampung Istiqlal, Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut).

Salah satu daerah yang rawan banjir di Kota Manado jika intensitas hujan tinggi atau air kiriman dari Tondano.

Saat ini daerah kampung Istiqlal sudah ada tanggul besar di bantaran sungai.

Sebelum ada tanggul, daerah ini pernah terjadi banjir besar dan parah yang masih teringat di benak warga.

Kejadian musibah itu terjadi pada tahun 2014.

Salah satu warga menceritakan kesaksiannya atas bencana banjir di kampung Istiqlal.

Kisah Haru Masih Tersimpan di Benak Warga Korban Banjir DAS 2014 Silam
Kisah Haru Masih Tersimpan di Benak Warga Korban Banjir DAS 2014 Silam (TRIBUN MANADO/DEWANGGA ARDHIANANTA)

Wanita paruh baya yang berkerudung coklat dengan pakaian daster putih mempersilakan tribunmanado.co.id untuk mewawancarai di depan rumahnya.

"Banjir yang terparah terjadi pada tahun 2014," kata Hasna (44) dengan tegas, korban banjir dan warga kampung Istiqlal, Rabu (06/11/10).

Ia melanjutkan, bencana tersebut menyisakan kesedihan dan berlangsung cepat.

"Banyak orang mengira bahwa air tidak akan naik namun mereka salah, banjir semakin tinggi," ucap wanita itu.

Lanjutnya, sebagian warga sudah mengungsi ke rumah yang lebih tinggi tetapi banjir semakin tinggi.

"Pada pukul 10.00 Wita waktu itu, orang-orang sudah mulai panik karena semakin naiknya air," jelasnya.

Hasna mengatakan kebingungan warga akan tingginya air yang melebihi batas terlihat saat mereka mulai lari ketempat lebih tinggi tanpa membawa barang bawaan apapun.

"Kocar kacir antara pukul 11.00 - 12.00 Wita saat musibah itu, pilihannya hanya ada dua mau selamatkan barang atau selamatkan nyawa," tutur wanita itu dengan sedih.

Ia mengaku barang berharga kulkas, televisi, mesin cuci dan lain-lain habis terbawa arus deras banjir.

"Kasihan semua waktu itu, ada satu wanita yang bertahan dengan berpegangan di tangga saat air banjir semakin kuat," kata Hasna.

Tambahnya, banyak kerugian saat banjir terjadi karena rumah berada persis di bantaran sungai dan terdampak langsung bencana.

Senada dengan Hasna, salah seorang korban juga mengatakan hal yang sama.

"Karena pohon-pohon besar hanyut terbawa banjir  langsung merusak rumah di pinggiran ini," kata Fahria (45) korban banjir dan warga kampung Istiqlal, Rabu (06/11/10).

Ia mengaku kampung Istiqlal waktu itu bagaikan tempat yang tidak terawat karena banyak barang-barang berserakan diakibatkan banjir.

"Iya, ada berapa puluh truk yang mengangkut sampah-sampah dan barang-barang sisa banjir itu," jelasnya.

Ia bersyukur tidak ada korban jiwa saat kejadian banjir besar itu terjadi.

"Alhamdulillah tidak ada korban," tutup Fahria.

(Tribunmanado.co.id/Dewangga Ardhiananta)

BERITA TERPOPULER :

 Jokowi Umumkan 5 Anggota Dewan Pengawas KPK, Istana Tolak Tunggu Putusan MK

 INFO Terkini Gempa Terjadi Hari Ini Rabu 6 November 2019, Mengguncang Saat Dini Hari, Ini Lokasinya

 Dilantik Jadi Pilot Pesawat Tempur Amerika, Warga NTT Ini Dianggap Orang Asing Jika ke Indonesia

TONTON JUGA :

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved