Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Lifestyle

Nonton Film Horor Tapi Tak Kapok? Mengapa Kita Senang Menikmati Rasa Takut?

Mengapa kita tak pernah kapok menonton film horor, meski seringkali merasa ketakutan saat menontonnya?

Editor: Finneke Wolajan
Net
Permen Halloween 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Seretan dekorasi halloween dan kostum-kostum seram masih terlihat di beberapa tempat.

Hal ini membuat suasana Halloween masih terasa.

Seakan banyak orang menikmati suasana seram itu.

Sebenarnya adakah alasan ilmiah mengapa kita menyambut hal-hal menyeramkan dan menakutkan?

Atau mengapa kita tak pernah kapok menonton film horor, meski seringkali merasa ketakutan saat menontonnya?

 7 Manfaat Kunyit yang Diakui Dunia Barat, Bisa Mencegah dan Mengobati Berbagai Penyakit

 10 Cara Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga, dari Sauna Hingga Konsumsi Kacang-kacangan

 10 Manfaat Kopi Hitam Tanpa Gula dan Susu, Bersihkan Perut Hingga Antioksidan Bagi Tubuh

Menurut para ahli, kecenderungan kita untuk condong ke hal-hal yang menakutkan mungkin disebabkan oleh "mekanisme deteksi agensi", yang merupakan bentuk reaksi "melawan atau lari" yang dapat meningkatkan gairah atau perhatian kita, atau bahkan keduanya.

Menurut psikolog Frank T. McAndrew, jika ada agen di luar sana yang berpotensi membahayakan kita, umumnya kita diprogram untuk berperilaku dengan cara tertentu, bahkan ketika ancaman tidak berhasil sama sekali.

Menurut McAndrew, rasa menyeramkan ini adalah "kecemasan yang timbul oleh ambiguitas apakah ada sesuatu yang perlu ditakuti, atau oleh ambiguitas sifat ancaman yang tepat".

Tapi mengapa kita senang merasa takut? Terutama oleh film horor?

Menurut sosiolog Margee Kerr (yang berspesialisasi dalam ketakutan dan yang terlibat dalam studi VANE), itu karena kami melihatnya sebagai semacam euforia.

"Ketika kita berada di tempat yang aman, kita dapat menafsirkan respons ancaman itu seperti kita melakukan respons gairah tinggi seperti kegembiraan atau kebahagiaan. Respons itu dipicu oleh apa pun yang tidak terduga atau mengejutkan,” jelas Kerr.

“Tetapi ketika kita berada di tempat yang aman dan kita tahu itu, butuh kurang dari satu detik bagi kita untuk mengingat kita tidak benar-benar dalam bahaya. Kemudian kita beralih untuk menikmatinya. Ini semacam euforia. Itulah mengapa kamu melihat orang-orang beralih dari berteriak menjadi tertawa,” lanjutnya.

Ini seakan memberikan rasa pencapaian, karena pada dasarnya kita menekan diri kita sendiri dan kemudian berhasil melaluinya.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved