Polemik Lem Aibon
Manuver Ahok Bereaksi saat Anies Salahkan Sistem e-Budgeting Terkait Lem Aibon: Waspada Maling
Pernyataan kesalahan sistem e-budgeting itu akhirnya direspons oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Terungkapnya anggaran DKI Jakarta untuk pembelian lem aibon Rp 82,8 miliar dan dan pulpen Rp 123 miliar, menjadi salah satu sorotan utama masyarakat Indonesia.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut munculnya anggaran “tak masuk akal” itu karena kesalahan sistem e-budgeting atau penganggaran elektronik warisan dari gubernur sebelumnya.
Menurut Anies Baswedan, sistem digital tersebut tidak pintar atau smart.
Pernyataan kesalahan sistem e-budgeting itu akhirnya direspons oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Ahok menilai sistem e-budgeting atau penggaran elektronik justru menjaga transparansi anggaran.

Bahkan masyarakat bisa tahu, Pemprov DKI Jakarta yang dipimpin Anies Baswedan bisa mengusulkan pembelian lem aibon Rp 82,8 miliar dan dan pulpen Rp 123 miliar.
“Yang pasti karena e-Budgeting, semua orang mau tahu pengeluaran uang APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah) DKI (untuk apa saja). Bahkan bisa dapatkan data dari pembelian pulpen, lem aibon, sampai UPS (uninterruptible power supply),” ujar Ahok kepada wartawan pada Kamis (31/10/2019).
Menurut dia, saat sistem itu berjalan di kepemimpinannya, e-budgeting beroperasi dengan baik.
Pihak yang melakukan input data itu tidak memiliki niat untuk mark up atau meningkatkan pagu anggaran.
“Apalagi maling, jadi untuk mencegah korupsi hanya ada satu kata yaitu transparansi dengan sistem yang ada,” katanya.
• Ahok Bilang Sistem e-Budgeting Baik Jika Tidak Mikir Maling, Anies Tutup Website DKI
• Anggaran Lem Aibon DKI Jakarta Disorot, E-Budgeting Ahok Disalahkan Anies, KPK Memuji
Dalam kesempatan itu, Ahok enggan menanggapi pertanyaan Anies yang menilai sistem e-Budgeting warisannya tidak smart atau pintar.
Dia berdalih, karena sudah terlalu lama mendekam di Mako Brimob Polda Metro Jaya sehingga dia tidak begitu pintar untuk memahami sistem e-Budgeting.
“Kalau aku sudah lupa, mungkin kelamaan belajar ilmu lain di Mako Brimob. Aku sudah nggak mau komentar,” ungkapnya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyalahkan sistem e-budgeting atau penganggaran elektronik warisan dari gubernur sebelumnya.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI itu menyebut sistem digital tersebut tidak pintar atau smart.