Kabinet Menteri
Menteri Zainudin Amali, Sebuah Tanda Tanya Lain di Balik Target Besar Kemenpora
Dalam konteks sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, mampukah Zainudin mencapai target-target yang dibebankan?
Juga atletik, catur, renang, biliar, plus satu cabang yang sungguh mati saya rasakan amatlah membosankan tatkala meliputnya, golf.
Sepanjang itu pula, komandan olahraga Indonesia berganti-ganti. Dari Mahadi Sinambela ke Adhyaksa Dault, sampai tahun-tahun awal Andi Mallarangeng.
Saya tidak lagi intens ke lapangan pada era kedua Agung Laksono sebagai pelaksana tugas (sebelumnya Agung pernah jadi pelaksana tugas pada bulan-bulan menjelang reformasi) yang kemudian dilanjutkan Roy Suryo dan Imam Nahrawi. Lebih sering memantau dari depan layar komputer.
Satu benang merah bisa ditarik dari sini. Bahwa sejak orde reformasi bergulir, dari sekian menteri, tak satu orang pun yang punya latar belakang sebagai olahragawan. Tak ada yang pernah jadi atlet.
Dalam hal ini atlet "betulan", bukan atlet sekadar yang turun bertanding setahun sekali pada pertandingan-pertandingan 17 Agustusan.
Seluruh menteri terpilih adalah politisi tulen. Orang-orang partai. Apakah sebelum reformasi ada? Ada, yakni Raden Maladi, menteri pertama, dan memang jadi satu-satunya.
Maladi mantan kiper PSIM Jogjakarta. Maladi juga pernah dua kali bermain untuk "tim nasional" --tim dadakan yang dibentuk pemerintah Hindia Belanda; tahun 1936 melawan Wiener Sport Club (sekarang berada di Divisi Tiga Liga Austria) dan setahun berselang kontra Hwa Nan (kini bernama South China AA dan berkompetisi di Divisi Satu Liga Hong Kong).
Maladi menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga pada 1964 sampai 1966. Selebihnya politisi.
Presiden Soeharto sepertinya memang lebih memercayai politisi untuk menduduki jabatan ini. Persisnya, politisi yang berangkat dari tokoh pemuda.
Aktivis atau unsur pimpinan organisasi- organisasi kepemudaan. Sebutlah Abdul Gafur, Akbar Tanjung, dan Haryono Isman.
Menyusul kemudian nama-nama yang saya kemukakan sebelumnya. Diselingi dua pengganti; Juwono Sudarsono, dan terakhir, Hanif Dhakiri. Dengan kata lain, faktor pemilihan menteri-menteri ini lebih condong ke poin 'pemuda' ketimbang 'olahraga'.
Begitu juga Zainudin Amali. Walau pun dengar-dengar Pak Menteri bisa bermain sepak bola dan suka menonton pertandingan-pertandingan sepak bola, penunjukannya sebagai menteri menunjukkan bahwa Presiden Jokowi memilih untuk tidak keluar dari pakem lama.
Sebelum ditunjuk jadi menteri, Zainudin lebih banyak berkutat di politik praktis sebagai kader Partai Golkar. Tiga periode beruntun ia wara-wiri di Senayan.
Dimulai pada periode 2004-2009 tatkala ia datang sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan Gorontalo.
Dua periode berikutnya, ia mewakili daerah pemilihan Jawa Timur. Periode ini pun sebenarnya Zainudin kembali terpilih.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/zainudin-amali-46457575.jpg)