Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

News

MULAI DARI KRONOLOGIS, Motif, hingga Bakal Ada Mediasi, Inilah 15 Fakta Siswa SMK Tikam Guru

Dari hasil penyelidikan dan keterangan pihak terkait, ada banyak fakta yang terungkap. Berikut ini adalah 15 fakta kasus siswa SMK tikam guru agama.

Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
kolasetribunmanado/Facebook pribadi mili FL/Alexander Valentino WeruPangkey
MULAI DARI KRONOLOGIS, Motif, hingga Bakal Ada Mediasi, Inilah 15 Fakta Siswa SMK Tikam Guru 

Istri korban, Silvia Walalangi, mengatakan, autopsi dimulai jam 09.00 Wita.

"Sampai saat ini, kami masih menunggu," katanya.

Tampak ada dua anggota penyidik Polresta Manado, dan Polsek Mapanget, berada di depan ruang jenazah rumah sakit Bhayangkara.

FL menikam gurunya hanya gara-gara tak terima ditegur karena merokok di sekolah yang berada di Lingkungan I Kelurahan Mapanget Barat, Kecamatan Mapanget.

4. FL Adalah Siswa Kelas XI

FL  warga Kelurahan Mapanget Barat, Kecamatan Mapanget, Kota Manado, Sulut yang menikam gurunya hingga meninggal dunia ternyata adala seorang siswa yang masih duduk di bangku kelas XI atau kelas 2 SMK.

FL sendiri diketahui adalah siswa yang mengambil jurusan Pertanian di SMK Ichthus Manado.

FAKTA Guru yang Tewas Ditikam Siswa, Video Beredar Hingga Analisa Psikolog Pelaku Frustasi

5. FL Alami Frustasi

Psikolog Orley Chariti Sualang S.PSi MA mengatakan, dinamika psikologis seorang pelaku pembunuhan dapat dijelaskan dengan Teori Frustrasi Agresi (The Frustration Aggression Theory).

Dimana perilaku agresi atau kekerasan muncul dipicu karena adanya frustrasi yang dialami.

"Frustrasi adalah perasaan sakit hati, kecewa akibat terhalang ketika mencapai suatu tujuan," kata psikolog lulusan Universitas Gadjah Mada, Selasa (22/10/2019).

Frustrasi yang dialami pelaku bisa berasal dari dalam diri pelaku dan juga dari luar pelaku. Dari dalam diri pelaku yang dimaksud adalah berasal dari perasaan akan kekurangan dirinya.

Sedangkan dari luar diri pelaku biasanya bersumber dari lingkungan.

"Semakin tinggi frustrasi yang dialami, maka semakin tinggi pula perilaku kekerasan atau agresi yg dilakukan," katanya.

Misalnya, bukan saja membanting barang memukul tapi bisa sampai dengan membunuh.

Penikaman sebanyak 12 kali yg dilakukan oleh pembunuh menunjukkan betapa tingginya frustrasi yg dialami oleh pelaku, rasa sakit hati yang begitu dalam (kepahitan).

Terutama dialami oleh remaja yang mana emosinya masih labil, meluap-luap, cepat sekali tersinggung, dan tidak mampu berpikir rasional karena kurangnya perkembangan moral yang dimiliki si pelaku.

"Hal diataslah yang dapat memicu munculnya perilaku agresi," katanya.

Lanjut dia, dinamika psikologis seorang pelaku pembunuhan bisa juga dilihat dari Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory).

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved