Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

NEWS

Kisah Anak 12 Tahun, Makan, Tidur Hingga Buang Air di Dalam Kandang Ayam, Orangtuanya Punya Alasan

Kandang ayam tak diisi lagi hewan ternak. Tetapi menjadi tempat mengurung seorang anak berusia 12 tahun.

(KOMPAS.COM/TAUFIQURRAHMAN)
Moh. Efendi (20) dikurung di dalam bekas kandang ayam oleh orang tuanya karena memiliki kelainan sifat sejak lahir. Efendi dikurung karena sering merangkak hingga pernah ditemukan di hutan dan pinggir sungai 

Bukan hanya dirinya, barang-barang seperti jendela kaca, lampu, dan televisi kerap jadi korban amuknya. Itulah alasan rumah di Jalan Talen, Kelurahan Baru, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah itu tak memiliki jendela dan televisi.

Terakhir yang jadi sasaran amukan Jumiati adalah kakaknya sendiri yang tinggal persis di samping rumahnya. Saat itu, Jamiati meminta uang Rp 500.000 dan tak diberi. Lalu ia pun mengamuk.

Sejak amukan terakhirnya itu, keluarga tak ingin lagi mengambil risiko. Jumiati terpaksa dipasung.

Menurut Sarnin, perangai suka marah dan mengamuk baru terjadi tiga tahun terakhir. Itu terjadi setelah Jumiati pulang dari kediaman bapaknya di Palangka Raya.

"Dia pulang, diantar bapaknya ke bus. Sendiri. Datang jam 7 malam, lempar tas, langsung lari," tutur Sarnin pada Kompas.com, Rabu (26/72017) sore.

"Pas ditanya, 'mau ke mana?'. Dia jawab 'ada Abah, Ibu (tiri) di sana'," lanjut Sarnin mengutip ucapan Jumiati.

Ema, kakak sepupu Jumiati mengatakan, adiknya akan marah dan mengamuk bila meminta uang tak langsung dipenuhi. Ia lebih sering marah sama ibunya. Namun hal itu tidak akan diingat Jumiati, ketika ia dalam kondisi normal. Ia menduga adiknya tersebut depresi.

"Tapi entah karena apa. Dia ini pendiam sebenarnya," ungkap Ema.

Siswa Berprestasi

Sarnin mengatakan, selain pendiam, semasa sekolah anaknya tergolong cerdas. Dari SD sampai SMK ia selalu mendapat ranking.

"Dia menerima beasiswa. Mengaji pintar, buat kaligrafi pintar," ujar Sarnin.

Selepas SMA dia daftar kuliah, sebelum pergi ke Palangka Raya untuk menemui ayahnya. Namun, sepulangnya dari ibu kota Kalimantan Tengah itu, ia mulai berubah. Selain gampang marah dan mengamuk, ia juga terkadang pergi tak pulang ke rumah hingga berhari-hari.

"Pernah sampai sepuluh hari," ucap Sarnin.

Sang ibu pun menceritakan, Jumiati tidak senang dengan perceraian dirinya dan Purwanto ayahnya. Ketika itu terjadi, Jumiati sudah berada di bangku kelas 1 SMP. Jumiati mengakui anaknya ini dulu memang dekat dengan bapaknya, dan paling terpukul dengan perceraian itu.

"Kami (keluarga) enggak sakit hati. (Tapi) dia sakit hati," ungkap Sarnin.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved