Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu

Teknologi untuk Antisipasi Dampak Kemarau

Musim kemarau saat ini memang tengah dirasakan hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Maickel Karundeng
Istimewa
Teknologi untuk Antisipasi Dampak Kemarau 

Tajuk Tamu
Teknologi untuk Antisipasi Dampak Kemarau
Oleh
Mihuandayani, S.Kom, M.Kom. Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan STMIK Multicom Bolaang Mongondow

Musim kemarau saat ini memang tengah dirasakan hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Di Kalimantan Timur, kabut asap yang mengganggu karena api di hutan dan lahan akibat kemarau ini masih menjadi masalah bagi warga setempat. Beberapa aktivitas penerbangan di sana sempat dihentikan sementara, karena kabut asap menghalangi rute penerbangan.

Di Riau, kebakaran hutan dan lahan juga terjadi, hingga Presiden Joko Widodo meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk melakukan proses hujan buatan dengan cakupan yang lebih luas untuk memadamkan titik – titik api yang membakar hutan.

Di wilayah Indonesia termasuk di Sulawesi Utara masih terus dilakukan penanganan kebarakan hutan dan lahan (Karhutla) akibat musim kemarau ekstrim yang terjadi tahun ini.

Dampak lain yang terjadi pada warga adalah kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari – hari.

Di sektor pertanian, kekeringan yang terjadi pada lahan tanam atau persawahan mengakibatkan beberapa tanaman terjadi gagal panen karena kurangnya pengairan di lahan tersebut.

Dampak kemarau yang semakin meluas membuat berbagai pihak turun tangan termasuk pemerintah pusat dan daerah untuk berusaha mengatasi permasalahan kemarau panjang yang termasuk pada kategori bencana alam.

Prospek peluang hujan yang rendah memang telah diprediksi oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak juli hingga September mendatang.

Saat terjadi kemarau panjang seperti sekarang ini, yang dibutuhkan memanglah curahan air hujan yang mampu mengembalikan kondisi air tanah dan mengatasi kabut asap yang terjadi karena Karhutla.

Sebenarnya masih ada potensi di bidang lain yang bisa turut meminimalisir dampak buruk terjadinya kemarau.

Melalui portal berita, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebut Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) menggunakan hujan buatan dapat dilakukan untuk menanggulangi dampak kemarau.

Modifikasi cuaca ini dapat dilakukan sebagai solusi jangka pendek dengan memanfaatkan teknologi.

Berdasarkan teori, prinsip modifikasi cuaca adalah mendorong adanya potensi awan menjadi hujan sehingga syarat utama modifikasi cuaca adalah adanya awan khususnya dengan jenis cumulus yang aktif.

Proses ini dilakukan dengan menggunakan pesawat yang membawa muatan garam (NaCl) untuk ditaburkan di awan hujan target, dengan posisi berada di antara arah angin dan awan target.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved