Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Massa Suporter Bola dan Islam Radikal: Wiranto Sebut Ada yang Ingin Gagalkan Pelantikan Anggota DPR

Menkopolhukam Wiranto mengatakan dalam dua hari belakangan unjuk rasa mahasiswa dan pelajar yang dimulai secara elegan

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
WARTA KOTA/henry lopulalan
Menkopolhukam Wiranto 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Menkopolhukam Wiranto mengatakan dalam dua hari belakangan unjuk rasa mahasiswa dan pelajar yang dimulai secara elegan serta damai berangsur diambil alih sekelompok orang yang bertujuan menciptakan kerusuhan.

Wiranto menyebut unjuk rasa akan diubah menjadi gelombang baru dengan tujuan menduduki Gedung DPR RI sampai menggagalkan pelantikan anggota DPR RI periode 2019-2024 yang akan berlangsung 1 Oktober 2019 mendatang.

Baca: Mahasiswa di Kendari Tewas Kena Tembak saat Demo: Begini Penjelasan Polisi

Bahkan lanjut Wiranto gelombang baru ini akan dimanfaatkan sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab untuk menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih pada 20 Oktober 2019 mendatang.

“Kami mengapresiasi gerakan mahasiswa yang bernuansa mengkoreksi rancangan undang-undang oleh pemerintah dan DPR RI. Tapi sayang gerakan mahasiswa yang elegan itu pada malam hari diambil alih oleh perusuh dengan melawan petugas.

Dan sudah cukup bukti bahwa gerakan yang ambil alih demonstrasi mahasiswa itu bertujuan untuk menduduki Gedung DPR RI hingga mengganggu kerja anggota dewan termasuk menggagalkan pelantikan anggota DPR baru. Lebih lanjut tujuannya adalah menggagalkan pelantikan presiden,” ujar Wiranto dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Kamis (26/9).

Wiranto menjelaskan gelombang baru ini akan berusaha memprovokasi masyarakat untuk memancing aparat keamanan agar bertindak lebih keras lagi sehingga menciptakan korban. Jika kemudian tercipta korban, menurut Wiranto sejumlah pihak yang tak bertanggung jawab itu akan memanfaatkan momentum untuk menggelar gerakan yang lebih besar dengan tujuan menciptakan rasa tidak percaya kepada pemerintahan yang sah.

Wiranto mengatakan sejumlah kalangan masyarakat akan dipancing dan dimanfaatkan untuk melakukan serangan kepada aparat keaman. “Pelajar kemarin sudah berhasil mereka provokasi untuk menyerang masyarakat. Kita harus waspada karena gelombang baru ini akan melibatkan Islam radikal, melibatkan suporter sepak bola, buruh hingga paramedis,” terang Wiranto.

Baca: Tewaskan 8 Orang: Begini Kondisi Ambon Pascagempa

Untuk menghindari skenario itu Wiranto meminta masyarakat untuk tidak terpancing dan terprovokasi isu yang tidak benar. Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan kerusuhan dua hari belakangan memiliki pola sama dengan kerusuhan pada 21-23 Mei 2019 lalu yang menuntut hasil Pemilu 2019.

“Peristiwa kemarin mirip dengan kejadian 21-23 Mei 2019, pagi sampai sore tenang, kemudian ada massa yang menyerang aparat dari sore hingga malam. Sama-sama sudah ada yang atur,” ujar Kapolri.

Namun, terkait siapa aktor atau kelompok yang memanfaatkan demo mahasiswa, Tito tidak mengungkapkan secara jelas dan hanya menyebut kerusuhan telah dirancang secara teratur. Kapolri juga memastikan tidak ada pelajar atau mahasiswa yang meninggal dunia dalam aksi demonstrasi di sekitar gedung DPR RI.

"Tidak ada pelajar, atau mahasiswa yang meninggal dunia dalam demo di sekitar DPR," ujarnya.

Dia memastikan tidak ada satu pun luka tembak atau luka bekas penganiayaan ditemui di tubuhnya. "Karena saya sudah memerintahkan supaya tidak ada menggunakan senjata. Termasuk peluru tajam, peluru karet juga tidak," jelasnya.

Baca: Pimpinan KPK: Jokowi Presiden Terkeren

Kapolri menduga, kabar perusuh meninggal dunia bukan karena tembakan peluru tajam, melainkan kekurangan oksigen. "Diduga kemungkinan besar kekurangan oksigen karena saat itu padat sekali masyarakat. Atau mungkin ada gangguan lain, fisiknya di dalam tubuhnya. Itu kita tidak tahu apa yang ada di dalam tubuh seseorang. Kan ada yang sakit, ada yang sehat," katanya.

Kepolisian pun akan mengkomunikasikan dengan keluarga korban untuk melakukan autopsi terhadap korban yang meninggal dunia untuk mengetahui penyebabnya. Pihak kepolisian lanjut Kapolri juga telah menangkap lebih dari 200 orang yang diduga melakukan kerusuhan saat demo di depan gedung DPR pada 24-25 September 2019.  "Kita sudah lakukan penangkapan di Polda Metro Jaya, lebih dari 200, bukan mahasiswa dan pelajar," tutur Tito.

Menurutnya, pihak-pihak yang ditangkap merupakan masyarakat umum yang tidak sama tujuannya dengan mahasiswa dalam menolak sejumlah Rancangan Undang-undang (RUU). "Mereka ditanya dalam rangka apa (ikut demo), tidak mengerti, tidak paham RUU apa. Bahkan ada yang mendapatkan bayaran," kata Tito.

Ia menyebut, demo mahasiswa menang telah dimanfaatkan oleh kelompok yang ingin menjatuhkan pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan cara membuat kerusuhan. "Kami melihat fenomena aksi demo yang semula menyuarakan aspirasi dengan cara damai berubah menjadi anarkis, inkonstitusional, melanggar prinsip-prinsip hukum di negara ini," ucap Tito. (Tribun Network/sen/zal/wly)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved