News
Tengkorak 3,8 Juta Tahun Buat Bingung Ahli Soal Asal Usul Manusia, Ini Titik Masalahnya
Kesadaran ini muncul dari interpretasi ulang terhadap fosil potongan tengkorak berusia 3,9 juta tahun.
Lucy disebut sebagai "kera pertama yang berjalan" dan berhasil menarik perhatian publik.
Namun Profesor Fred Spoor dari Natural History Museum, London, menyatakan bahwa anamensis "tampaknya akan menjadi ikon dari evolusi manusia".
Alasannya karena anamensis dan afarensis ternyata pernah hidup berdampingan.
Anggapan bahwa anamensis berevolusi secara langsung menjadi afarensis seperti yang diduga sebelumnya, bisa jadi keliru.
Kesadaran ini muncul dari interpretasi ulang terhadap fosil potongan tengkorak berusia 3,9 juta tahun.
BERITA TERPOPULER: Sempat Galau, Luna Maya Sampai Rela Tas Hermes Seharga Ratusan Juta Miliknya Penuh Coretan Puisi
BERITA TERPOPULER: Bermodal Obat Pereda Batuk Bisa Kencani Wanita Cantik
BERITA TERPOPULER: Vanessa Angel Pamer Tato di Punggung, Pakai Dress Hitam Dengan Belahan Rendah di Bagian Dada
Potongan ini dianggap anamensis, tapi ternyata, setelah dibandingkan dengan fosil baru ini, potongan itu adalah milik afarensis.
Jelas bahwa kedua spesies ini pernah hidup berdampingan selama sekitar 100.000 tahun.
Kemungkinannya, sekelompok kecil anamensis terisolasi dari populasi utama dan kemudian berevolusi menjadi afarensis ketika beradaptasi dengan keadaan setempat.
Kedua spesies berdampingan sebelum sisa-sisa anamensis punah.
Penemuan ini penting karena menunjukkan tumpang tindih spesies mirip kera bisa terjadi, membuka kemungkinan berbagai rute evolusi menuju spesies manusia pertama.
Singkatnya, penemuan ini tidak membantah bahwa Lucy menghasilkan genus Homo. Namun ini membuka perdebatan tentang adanya kemungkinan spesies lain yang bisa jadi asal-usul manusia.
Seperti dinyatakan Prof. Haile-Selassie: "Selama ini afarensis dianggap penjelasan terbaik nenek moyang manusia, tapi kini tidak begitu lagi.
Kita bisa melihat berbagai spesies yang ada di masa itu dan meneliti, yang mana yang paling mungkin berevolusi jadi manusia pertama".
Istilah "tautan yang hilang" atau "missing link" dalam jurnalisme dan wacana populer untuk menggambarkan fosil yang dianggap "separuh kera separuh manusia" sangat tak disukai para ilmuwan.
Baca: Hukuman Kebiri Kimia kepada Pemerkosa 9 Anak Dilakukan di Akhir Masa Tahanan, Berikut Ketentuannya
Baca: Capim KPK Firli Bahuri Sebut Solusi Inovatif Berantas Korupsi, Upaya Mitigasi Lahirnya Koruptor
Baca: Gubernur Murad Marah dan Nyatakan Perang kepada Menteri Susi, Diduga Merugikan Pulau Rempah-Rempah
Ini terutama ada banyak tautan dalam sejarah evolusi manusia - dan kebanyakannya memang belum ditemukan.