Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu

Amas Mahmud: Masih Dapatkah Arus Balik Membalik Lagi? (Bagian 2)

Kini pemerintah mengajak rakyatnya pada rumah besar destinasi kerukunan dan kesejahteraan.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Fransiska_Noel
Ist
Amas Mahmud, S.IP, Sekretaris DPD KNPI Manado 

Masih Dapatkah Arus Balik Membalik Lagi? (2)
Oleh : Amas Mahmud
Sekretaris DPD KNPI Manado

LAHIRNYA Generasi Serampangan

Tentu ada harapan arus balik akan membalik lagi, kita harus merebut kejayaan. Bila perubahan itu serius dijalankan pemerintah kita, dibarengi dengan dukungan rakyat sudah otomatis sukses besar menyertai.

Karena prinsip perubahan dan kemajuan itu sederhana minimal pemerintah punya political will, hentikan basa-basi, kemudian bekerja sungguh-sungguh dan bekerja yang benar.

Arus balik membalik, tanpa lagi ada yang mampu membajaknya untuk menarik balik lagi ditengah proses ia membalik, jika seluruh energi rakyat disatukan.

Jangan memposisikan rakyat sebagai bagian yang pasif dalam pembangunan, berikan ruang kemuliaan, tempat istimewa bagi rakyat, karena kedaulatan itu milik rakyat secara utuh. Kunci perubahan itu harus benar-benar pemerintah bersama rakyat.

Kini pemerintah mengajak rakyatnya pada rumah besar destinasi kerukunan dan kesejahteraan.

Peta jalan sudah dibuatkan dengan mantap, banyak model dikorbankan untuk urusan itu, tapi selama perjalanan masih cukup banyak godaan dan rintangan ditengah-tengah perjalanan. Kondisi riil tersebut turut mempengaruhi rakyat, akibatnya rakyat menjadi curiga, jenuh dan ragu-ragu karena jalan yang dilalui belum mencapai tujuan akhirnya.

Tujuan akhir dari perjalanan sosial itu adalah diperolehlah keadilan, kesejahteraan, keamanan, kemerdekaan, dan kepastin hukum.

Melalui pengamatan keseharian kita, dimana generasi saat ini menemui kondisi yang serampangan akibat hantaman arus globalisasi.

Kita seperti terus berada di persimpangan jalan, kapan peradaban kita kuat dan keluar dari harapan yang samar-samar?

Generasi yang serampangan itu lahir, karena tatanan nilai di eranya tidak lagi kokoh, rapuh, mereka mengalami transisi, sehingga kehilangan jati diri.

Eksodus budaya ikut melemahkan posisi rakyat. Tumbuhlah generasi serampangan, kepercayaan diri yang minim. Tanpa kita sadari itu terjadi, mereka yang memiliki kultur kuat sulit terpengaruh.

Selain itu, mereka yang kaya raya dan punya modal melimpah ruah pasti enteng-enteng saja mengakses perkembangan globalisasi (dunia virtual).

Sayangnya, keadilan ekonomi itu tidak turut dirasakan rakyat yang berprofesi sebagai petani, nelayan, peternak. (*)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved