Gubernur Papua Gagal Temui Mahasiswa: Begini Ceritanya
Kericuhan mewarnai kedatangan Gubernur Papua Lukas Enembe bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, SURABAYA – Kericuhan mewarnai kedatangan Gubernur Papua Lukas Enembe bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar ke asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya, Selasa (27/8). Para penghuni asrama justru berteriak-teriak secara kasar dan melontarkan yel-yel Papua merdeka untuk menolak kedatangan Enembe.
Gubernur Lukas bersama rombongan berkunjung ke asrama mahasiswa di Surabaya setelah menggelar pertemuan dengan Gubernur Khofifah di Gedung Grahadi, Surabata. Namun bukan sambutan hangat tetapi penolakan secara kasar.
Baca: Inggris-AS Dukung Otonomi Hong Kong
Para penghuni juga membuat suara gaduh dengan memukul-mukul pagar asrama. Plakat bertuliskan 'Semua Yang Datang Kami Tolak' juga masih terpasang di pagar.
"Papua . . Merdeka," kata penghuni dari dalam asrama. Sejurus kemudian mereka juga menyanyikan lagu-lagu Bintang Kejora.
Melihat situasi yang tak kondusif Gubernur Khofifah segera diamankan ke dalam mobil oleh Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Luki Hermawan. Sedangkan Gubernur Lukas masih berupaya membujuk mahasiswa Papua untuk mau diajak berbicara.
Namun situasi justru kian tak kondusif. Atas permintaan polisi, Gubernur Lukas akhirnya meninggalkan lokasi asrama mahasiswa Papua. Ia didampingi Ketua Keluarga Besar Masyarakat Papua Surabaya, Pieter, meninggalkan lokasi.
"Mereka tak suka..," kata Gubernur Lukas sembari berjalan menuju mobil. Ada raut kekecewaan di wajah Gubernur Lukas.
Lukas mengakui belum ada koordinasikan sebelumnya dengan penghuni asrama. "Kalau berhasil berkomunikasi kami akan bakar batu (acara makan bersama menurut tradisi Papua)," katanya.
alasan.
Gubernur Papua mengetahui beberapa waktu lalu rombongan anggota DPR juga ditolak oleh para mahasiswa itu. Menurutnya, komunikasi dengan mahasiswa Papua di asrama Jl Kalasan itu penting sifatnya.
Baca: Dua Hari Lagi Operasi Patuh, Satlantas Polresta Manado Akan Lakukan Ini
Alasannya, selama ini belum diketahui apa yang menjadi kemauan atau aspirasi mereka. "Kita kan harus dengar dari mereka juga. Selama belum ketemu kita tidak bisa bicara," tegasnya.
Saat bertemu Gubernur Khofifah, Lukas banyak menyampaikan pesan agar menjaga mahasiswa Papua yang ada di Suarabaya maupun Jawa Timur. Ia meminta agar kondusifitas terus dijaga sebab gesekan sedikit saja akan berpengaruh besar di Papua.
"Jangan sampai ada ekses lagi. Ekses sedikit saja berdampak besar di Papua. Di Papua ada 390 suku yang harus kita jaga," tandasnya.
Ada miskomunikasi
Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan mengatakan, penolakkan itu disebabkan oleh miskomunikasi antara pihak rombongan pejabat dan para penghuni asrama. "Terjadi miskomunikasi," katanya.
Miskomunikasi yang berujung penolakkan itu, lanjut Luki, disebabkan oleh banyaknya rombongan yang hadir di depan asrama mahasiswa Papua. Rencana semula, ungkap Luki, yang hadir dan menjalin dialog dengan para penghuni asrama hanyalah Lukas Enembe.
Luki menganggap kejadian itu bukanlah penolakkan. Pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemprov Jatim untuk senantiasa terus menjalin komunikasi dengan para penghuni asrama mahasiswa Papua.
Kapolda menyebut kejadian itu tidak mengganggu kondisi keamanan di Jatim. Termasuk masyarakat Papua yang hidup di Jatim, bagi Luki, selama ini terbilang aman dan tidak terpengaruh oleh isu-isu sektariatan.
Baca: Petarung Indonesia Jadi Bagian dari Sejarah ONE Championship
Tak cuma itu, Luki juga berharap seluruh masyarakat Jatim tak terkecuali warga Papua yang kebetulan di Jatim, agar tidak mudah terprovokasi oleh berita hoax. "Saya minta agar tidak termakan hoax. "Di wilayah Jatim tidak ada apa-apa dan sangat kondusif," katanya.
Penghuni Masih Emosional
Lukas Enembe tak bisa menyebunyikan kekecewaan setelah ditolak oleh mahasiswa Papua yang menghuni asrama di Jl Kalasan, Surabaya, Selasa (27/8). Namun ia mengaku bisa memaklumi kejadian itu, mungkin karena para penghuni asrama masih diliputi emosi.
Pria yang mengenakkan kemeja putih lengan pendek itu mengakui penolakkan itu terjadi karena adanya miskomunikasi dengan. "Ya jadi mungkin kami tidak koordinasi secara baik, sehingga akhirnya ditolak seperti itu," katanya saat jumpa pers di lobi Hotel Grand Dafam, Selasa (27/8) malam.
Ia juga menyebut para mahasiswa di asrama itu juga menolak kehadiran pejabat pemerintahan yang berasal dari Papua. "Bahkan ada anggota DPR, mereka benar-benar tidak mau keluar," katanya.
Menurut Lukas, penolakkan itu bukan tanpa sebab. Ia menganggap para putra daerahnya itu masih dalam keadaan emosi. Tak pelak reaksi penolakan itu diekspresikan begitu saja kepada setiap tokoh yang mencoba hadir.
"Jadi ini mungkin terlalu emosi," jelasnya. Ia mengaku tetap akan berupaya menemui penghuni asrama itu dan menjalin dialog. "Kami akan jadwal ulang. Yang penting Jatim aman, Papua aman," katanya.
Gubernur Lukas Enembe memastikan tidak ada penyusupan Gerakan Papua Merdeka di asrama mahasiswa itu. Ia sebenarnya sudah mengirimkan staf dari Papua maupun staf Papua Barat untuk mencoba melobi penghuni asrama.
Namun upaya itu tak membuahkan hasil. "Bahkan orangtua mahasiswa ikut membantu membujuk tapi mereka benar-benar tidak mau keluar," kata Lukas.
Mengenai adanya lagu Bintang Kejora dan spanduk bertuliskan referendum is solution, ia menyebut bukan indikasi adanya gerakan separatis di asrama bersangkutan. "Gerakan Papua Merdeka tidak ada. Nggak ada. Nggak ada itu," tegasnya.
Namun ia mengaku tidak tahu apakah dalam asrama itu hanya ada mahasiswa atau ada elemen nonmahasiswa. Gubernur Lukas belum mengantongi data jati diri penghuni asrama. Menurut polisi ada 60 orang di dalam asrama. (surya/fz/lum)