Lifestyle
7 Mitos yang Beredar Tentang Anak Autis dan Kebenarannya
Pemahaman masyarakat terhadap anak autis kini sudah jauh berkembang ketimbang lima hingga sepuluh tahun sebelumnya
TRIBUNMANADO.CO.ID - Gejala autisme atau gangguan spektrum autisme dapat dideteksi sejak dini.
Autism spectrum disorder (ASD), adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi cara bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain.
Anak yang mengalami gangguan ini memiliki masalah komunikasi, mengutarakan ekspresi, hingga kesulitan memahami perasaan orang lain.
Pemahaman masyarakat terhadap anak autis kini sudah jauh berkembang ketimbang lima hingga sepuluh tahun sebelumnya.
Meski demikian, tidak sedikit orang yang percaya akan mitos-mitos dan stereotip yang belum tentu benar mengenai anak autis, tanpa memahami hal yang sebenarnya.
Oleh karena itu, mari kita telaah beberapa mitos dan stereotip mengenai anak autis yang banyak beredar beserta fakta yang sebenarnya.
Baca: Atasi Stres Dengan Olahraga di Luar Ruangan
Baca: 7 Minuman Pengganti Kopi yang Bikin Mata Melek, dari Matcha tea Hingga Kombucha
Baca: 5 Jenis Teh dan Manfaatnya untuk Kesehatan, Hilangkan Stres Hingga Perlancar Percernaan
Berikut tujuh mitos dan stereotip dari anak autis:
1. Anak autis dapat menjadi anak jenius atau memiliki gangguan intelektual
Tidak semua anak autis memiliki intelektual yang luar biasa dan tidak semua anak autis memiliki gangguan intelektual yang membuatnya menjadi tidak cerdas.
Autisme tidak memengaruhi intelegensi seseorang.
Faktanya, terdapat berbagai tingkat intelegensi pada anak-anak autis.
Ada yang memiliki intelegensi di bawah rata-rata, ada yang di atas rata-rata, dan ada yang di rata-rata.
Selain itu, tiap anak autis memiliki kemampuan dan kapabilitas yang berbeda-beda.
2. Anak autis tidak ingin berteman
Anak-anak autis memang memiliki masalah dalam sosialisasi dan komunikasi.