Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Terkini

Aksi di Asrama Papua Surabaya, FPI: Kami Terima Broadcast yang Dikirim Mbak Tri Susanti

Wali Laskar Front Pembela Islam Surabaya Agus Fachrudin alias Gus Din pun mengakui memang ikut mengerahkan massa pada Jumat (16/8/2019) kemarin.

Editor: Rhendi Umar
Kolase Tribun Manado/Foto: Istimewa
FPI Surabaya dan Tri Susanti 

"Iya ormas-ormas seluruh yang ada di Surabaya," ujarnya.

Berita Populer: Dua Wanita Diajak Jalan, Minum Miras, Tak Sadarkan Diri Lalu Dibawa ke Apartemen, Pemaksaan Terjadi

Berita Populer: TERUNGKAP, Inilah Keunggulan Lokasi Ibu Kota Baru Indonesia, Dinilai Minim Bencana

Berita Populer: Dua Turis Jerman Selamat dari Cuaca Buruk Lokon: Begini Ceritanya Bertahan 23 Jam di Hutan

Ada juga beberapa ormas lain yang juga diundang dalam aksi protes Jumat (16/8/2019) kemarin.

"Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI/Polri Indonesia (FKPPI), juga ada Patriot Garuda juga ada Pemuda Pancasila juga ada kemudian Bonek, jumlahnya 100 lebih, iya kan namanya broadcast ya kami hadir semua," jelasnya.

Menurut Gus Din, Tri Susanti dalam aksi protes itu hanya menjadi koordinator lapangan.

Gus Din pun mengaku mengenal Tri Susanti sebagai calon legislatif (Caleg) Partai Politik (Parpol) Gerindra pada pesta demokrasi Pemilu Serentak, Rabu (17/3/2019) silam.

Ia mengaku tak tahu menahu mengenai keterkaitan antara undangan aksi yang disebar oleh Tri Susanti dengan perintah Parpol Gerindra.

"Kalau apakah Mbak Susi ada intruksi dari Gerindra, nah itu yang saya gak tahu," katanya.

Gus Din menuturkan, tujuan dari keikutsertaan FPI Surabaya dalam aksi yang dikomandoi Tri Susanti hanya sebatas ingin meneguhkan kecintaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"NKRI harga mati kuncinya," tegasnya.

Menurutnya, mahasiswa Papua dinilai masih belum sepenuhnya serius meneguhkan 'NKRI Harga Mati' sebagai prinsip hidup bangsa Indonesia.

"Ya intinya bawah aliansi mahasiswa Papua berkaca tahun tahun kemarin dia kan tidak mau bergabung dengan NKRI," katanya.

"Buktinya apa, berdasarkan aksi tahun kemarin malah mengibarkan bendera Bintang Kejora, terus ada pamflet isinya NKRI no referendum yes," lanjutnya.

Ia juga menambahkan, aksi protes pekan lalu tak ubahnya sebagai satu di antara upaya untuk mengingatkan mahasiswa Papua mengenai perayaan hari kemerdekaan Indonesia.

"Makanya maksud awal kami hanya mendorong aparat ini loh asrama Papua ini Jangan sampai terulang seperti tahun kemarin," tuturnya.

"Coba dikasih tahu ini mau tanggal 17 Agustus harus mengibarkan bendera. Eh malah dadi dowo (malah jadi panjang -masalahnya -)," pungkasnya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved