Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Metafisika: Variabel Yang (Sengaja) Dilupakan

Data proses dan hasil Pemilu 2019, secara khusus di Kota Manado, yang dikumpulkan dan dianalisis oleh SRaD (Shaad Research and Development)

Editor:
Istimewa
Data proses dan hasil Pemilu 2019, secara khusus di Kota Manado, yang dikumpulkan dan dianalisis oleh SRaD (Shaad Research and Development) 

Firasah dalam kamus Lisanul Arab bermakna hati-hati, pandai, waspada, dan teliti.

Ibnu Manzhur (711 H) mengutip pendapat Ibnu Atsir (606 H) dalam an-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar mengenai makna firasah (firasatal mu‘min) di atas.

Definisi ini tidak jauh berbeda dengan yang dicatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa firasat itu kecakapan meramalkan sesuatu dengan melihat keadaan.

Islam sebagai ajaran ilahi, kaya dengan ide dan gagasan.

Paradigma dalam mengkaji dan menjelaskan suatu permasalahan selalu menunjukan perbedaan dikotomis dengan paradigma lainya, terutama barat atau non-Islam termasuk diantaranya konsep ilmu.

Perbedaan Islam dan non-Islam mengenai kerangka berpikir suatu persoalan, termasuk konsep ilmu, berawal dari perbedaan antara keduanya dalam memandang dan memberikan penilaian terhadap alam, manusia, dan kehidupan (al-Karim, 1968: 22).

Barat memandang atau menilai ketiga persoalan tersebut dari sudut material dan keuntunganya kepada manusia secara materil pula.

Maka berdasarkan filsafat materialismenya itu lahirlah kapitalisme dan sosialisme dalam bidang ekonomi serta empirisme dan rasionalisme dalam bidang kajian ilmiah.

Mereka yang kerangka berpikirnya berpijak atas dasar materialisme, cenderung menolak penjelasan imaterial dan mengangap sesuatu yang tidak empiris sebagai dongeng atau mitos yang mustahil, nir-wujud dan tidak perlu dikaji (Yusuf, 2012: 15-16).

Disini terlihat, bahwa ilmu itu bersumber dari alam, orang mempelajari alam maka dia mendapatkan ilmu.

Pandangan mazhab materialisme di atas jauh berbeda dari pandangan Islam.

Dimana Islam melihat alam, manusia dan kehidupan sebagai suatu sistem yang telah diatur Tuhan.

Berdasarkan ini, pandangan al-Quran mengenai ilmu, sumber ilmu, subjek dan objek yang dipelajari, cara mendapatkan ilmu serta tujuan mempelajari ilmu itu sangat jelas, yaitu suatu sistem tauhidi ilahi, yaitu segala sesuatu yang dipelajari berasal dari Tuhan dan objek-objek yang dipelajari itu berlaku sesuai dengan ketentuan atau ketetapan-Nya (Yusuf, 2012: 17).

Al-Qur’an mengunakan kata ilmu dalam berbagai bentuk dan artinya sebanyak 584 kali, antara lain sebagai proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan (Q.S 2:31-32).

Pembicaraan tentang ilmu mengantarkan kita pada pembicaraan tentang sumber-sumber ilmu, di samping klasifikasi dan ragam disiplinnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved