Pemilihan Kepala Desa
PENGANIAYAAN, Korbannya Pendukung Calon Kepala Desa, Pelakunya Anak Anggota DPRD
Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) ternodai. Ada yang melakukan pemukulan terhadap pendukung calon kepala desa.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) ternodai.
Ada yang melakukan pemukulan terhadap pendukung calon kepala desa.
Pelakunya diketahui adalah anak dari salah satu calon kepala desa.
Namanya Fajar Putra Utama (19).
Fajar diduga melakukan pemukulan terhadap seorang pendukung cakades yang lain, Jumat (2/8/2019) malam.
Akibatnya, korban bernama Labibur Adhar (29), yang merupakan pendukung dari cakades bernama Su'ud sempat mendapatkan perawatan di puskesmas setempat, lantaran mengalami luka pada pelipis bagian kanan.
Fajar merupakan anak dari cakades Anna Mukhlisa, yang bersuamikan Taufiqul Umam seorang anggota DPRD Gresik periode 2014-2019 dan kembali terpilih pada pemilihan 2019 kemarin.
Baca: Warga Maumbi Rayakan Pengucapan Syukur, Pria Ini Siapkan Sound System untuk Disko
Baca: Gara-gara Usia, Striker Asal Kroasia Ini Ditolak Manchester United
Baca: H-13, Inilah 30 Kata-kata Ucapan Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia, Cocok Dikirim ke FB & IG
Sementara Labibur merupakan pendukung dari cakades Su'ud.
Pilkades di Desa Ngimboh hanya diikuti oleh dua cakades.
Tidak terima dengan perlakuan pelaku, korban ditemani beberapa pendukung dari cakades Su'ud melaporkan kejadian tersebut pada jajaran Polsek Ujungpangkah.
"Sebenarnya kami sudah menerima kekalahan kemarin, kami sudah legowo, bahkan kami tidak melakukan provokasi. Tapi karena ada kejadian ini, maka kami laporkan ke polisi," ujar Fadir, salah seorang pendukung cakades Su'ud, saat ditemui awak media di depan Mapolsek Ujungpangkah, Sabtu (3/8/2019).
Mendapat laporan, pihak kepolisian kemudian memanggil pelaku dan juga saksi-saksi yang dianggap mengetahui kejadian tersebut untuk dimintai keterangan.
"Saat ini kami masih memeriksa saksi-saksi, yang kami anggap mengetahui kejadian itu untuk dimintai keterangan," tutur Kanit Reskrim Polsek Ujungpangkah, Bripka Yudi Setiawan.
Dalam Pilkades Ngimboh yang dilaksanakan pada 31 Juli 2019 lalu, Anna mengungguli Su'ud dengan selisih 29 suara. Anna mendapatkan 881 suara, sedangkan Su'ud memperoleh 852 suara. (*)
Kronologi Pemukulan
Fajar Putra Utama (19) dilaporkan ke Polsek Ujungpangkah oleh Labibur Adhar (29) dengan tuduhan penganiayaan pada Jumat (2/8/2019) malam.
Baca: LIVE STREAMING Marc Marquez Kejar Kemenangan Ketiga, Rossi dari Posisi Ketujuh
Baca: Sektor Wisata Pantai Timur Mulai Dikembangkan Pemkab Minahasa
Baca: Desa Mopuya Bakal Dijadikan Objek Wisata Kuliner
Facebook Tribun Manado :
Baca: Kebakaran Melahap Rumah Almarhum Marten Wewengkang, Penghuni Rumah Lihat Percikan Api dari Kabel
Baca: PROFESI Ahok Sekarang Terbongkar, Diluar Dugaan!
Baca: Masih Ingat Pak Tarno? Pesulap Kawakan Nikahi Pramugari, Diduga Bangkrut, Begini Kondisinya Sekarang
Instagram Tribun Manado :
Korban Labibur sempat menjalani perawatan di puskesmas setempat akibat mengalami luka di pelipis kanan.
Fajar merupakan anak dari Anna Mukhlisa, salah satu calon kepala desa (cakades) Ngimboh yang merupakan istri dari anggota DPRD Gresik bernama Taufiqul Umam dari fraksi Partai Gerindra. Sementara Labibur adalah salah satu pendukung calon kades lain bernama Su'ud.
Kebetulan Su'ud dan Anna merupakan calon kades Ngimboh pada Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) 2019 di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, yang digelar serentak pada 31 Juli 2019 lalu.
Fajar diduga memukul Labibur pada Jumat (2/8/2019) malam.
Kanit Reskrim Polsek Ujungpangkah, Bripka Yudi Setiawan mengatakan, sebelum insiden tersebut terjadi, Fajar dan Labibur bertengkar saat pilkades digelar.
Labibur sempat menarik kaos Fajar namun dilerai oleh petugas kepolisian yang sedang berjaga.
Pertengkaran itu rupanya berbuntut panjang. Fajar yang tidak terima dengan perlakuan Labibur kebetulan berpapasan dengan korban di salah satu jalan di Desa Ngimboh, Jumat (2/8/2019) malam.
"Keduanya sama-sama mengendarai sepeda motor waktu itu," tutur Yudi, Sabtu (3/8/2019).
Fajar dan Labibur kembali terlibat pertengkaran hingga berujung perkelahian. Sementara kondisi jalan desa waktu itu sedang sepi.
"Jadi Labib ini dikira mau mukul, maka Fajar ini ancang-ancang menangkisnya. Tapi itu justru mengenai pelipis kanan Labib, luka kena jam tangan yang digunakan oleh Fajar," terangnya.
Labibur yang terluka kemudian mendapatkan perawatan medis di puskesmas setempat.
Usai mendapat perawatan, Labibur melaporkan kejadian tersebut kepada polisi.
Mendapat laporan tersebut, polisi kemudian memanggil pelaku.
Termasuk, memanggil para saksi yang dianggap mengetahui kejadian tersebut. "Saat ini kami masih memeriksa saksi-saksi, yang kami anggap mengetahui kejadian itu untuk dimintai keterangan," kata dia.
Sementara Fadir, salah seorang pendukung calon kades Su'ud yang turut mendampingi Labibur melapor ke polisi mengatakan, insiden tersebut terjadi setelah keduanya pulang dari warung kopi dan berpapasan di jalan desa.
"Setelah pulang ngopi, mereka berdua berpapasan di jalan desa, kemudian itu (pemukulan) terjadi," kata Fadir.
Diketahui, dalam Pilkades yang berlangsung di Desa Ngimboh pada 31 Juli 2019 lalu, Anna mengungguli Su'ud dengan selisih 29 suara. Dari empat tempat pemungutan suara (TPS), Anna meraih 881 suara, sedangkan Su'ud mendapat 852 suara.
Tuding Panitia Curang, Warga Tantang Sumpah Pocong
Ratusan warga Desa Bumi Sari, Kecamatan Natar, Lampung Selatan menuntut adanya pemilihan ulang kepala desa (kades).
Hal tersebut lantaran warga menduga panita pemilihan kades Bumi Sari, Natar, tidak netral dalam melaksanakan pilkades.
"Panitia pilkades tidak netral. Kami minta ada pemilihan ulang," kata seorang warga Desa Bumi Sari, Tulus Yadi, saat menghubungi Tribunlampung.co.id, Sabtu, 13 Juli 2019.
Menurut Tulus, ada ratusan warga yang tidak mendapatkan hak suara saat pilkades.
Adapun, pilkades berlangsung pada 26 Juni 2019 lalu di balai desa setempat.
"Warga menuntut agar dilakukan pencoblosan ulang atau susulan."
"Ini kami harapkan agar ada pemilihan yang jujur dan adil (jurdil)," ucap Tulus.
“Warga juga sudah melakukan aksi protes dengan berunjuk rasa di depan balai desa."
"Agar, pihak kecamatan dan Pemkab Lamsel juga bisa memfasilitasi masalah ini,” tambah Tulus.
Dalam aksi unjuk rasa yang dilakukan pada Jumat, 12 Juli 2019, kata Tulus, warga membawa keranda kematian dan menggelar tahlil.
Hal itu sebagai simbol ketidaknetralan panitia pilkades.
Warga lainnya, Reymond menegaskan, masyarakat telah memiliki bukti-bukti kecurangan, yang diduga dilakukan panitia pilkades Bumi Sari, Natar, Lampung Selatan.
"Kami akan gugat, kami punya bukti,” tegas Reymond.
“Kami juga sudah sampaikan aspirasinya ke Pemkab Lamsel melalui biro otonomi daerah," imbuh Reymond.
Reymond bahkan meminta panitia pilkades untuk melakukan sumpah pocong, jika memang telah menjalankan proses pilkades secara jujur, adil, dan netral.
"Kalau memang berani, silakan (panitia pilkades) sumpah pocong!” ucap Reymond.
“Karena kami yakin, proses pilkades ini sudah diatur.”
“Kasihan masyarakat yang ingin memilih tapi sama panitia ada arahan-arahan sehingga hak suara masyarakat tidak terpenuhi,” kata Reymond.
Menurut Reymond, ada sekitar 460 warga yang mendapatkan undangan memilih atau C6 tetapi tidak bisa memilih.
Sementara, Ketua Panitia Pilkades Bumi Sari, Natar, Andri Kurniawan saat dikonfirmasi Tribunlampung.co.id, mengungkapkan, panitia pilkades telah melaksanakan hajat desa tersebut sesuai dengan aturan dan prosedur yang ada.
“Sekarang prosesnya sudah di kabupaten dalam hal ini Pemkab Lamsel,” kata Andri melalui ponsel, Sabtu, 13 Juli 2019 siang.
“Karena, kami kan hanya menjalankan,” ucap Andri.
Mengenai tudingan dari warga yang menilai bahwa panitia pilkades tidak netral dan terkesan membela seorang calon, Andri menjelaskan, pada prinsipnya, pelaksanaan pilkades telah disepakati bersama.
“Ya sebenarnya kan sudah ada kesepakatan bersama, itu (tudingan) versi mereka saja,” ujar Andri.
Sementara, Camat Natar, Lampung Selatan, Alamsyah membenarkan adanya tuntutan warga Bumi Sari, Natar tersebut.
Namun, Alamsyah mengaku tidak bisa berbuat banyak karena proses pilkades sudah berlangsung dan selesai.
“Kalau mau dilihat banyak yang tidak memilih, ya saat pilpres kemarin juga banyak yang tidak memilih,” kata Alamsyah, Sabtu, 13 Juli 2019.
Alamsyah mengaku, pihak Kecamatan Natar sudah mencoba memfasilitasi warga dengan panitia pilkades.
Namun, menurut Alamsyah, titik temu tidak ada.
“Ya karena warga maunya calon mereka yang menang. Sedangkan, ini ada aturannya, ada mekanismenya, dan sudah dilakukan pemilihan.”
“Kalau mau diulang, ya nanti semua pilkades di Lampung, yang kalah maunya diulang, dengan berbagai alasan,” jelas Alamsyah.
Pilkades, lanjut Alamsyah, mengedepankan azas musyawarah mufakat.
Karena, kata Alamsyah, untuk pilkades, lembaga seperti KPU atau bawaslu tidak ada.
“Jadi semuanya disepakati bersama, termasuk permintaan warga untuk memperpanjang waktu pemilihan sampai pukul 14.30 WIB juga sudah disepakati bersama.”
“Tetapi jika ada warga yang tidak ingin menyalurkan hak suaranya, ya tidak ada masalah.”
“Hanya saja kan semakin tinggi partisipasi pemilihnya, maka semakin tinggi juga legitimasi pilkades itu sendiri,” tandas Alamsyah.
Diketahui, ada lima calon dalam Pilkades Bumi Sari, Natar, yakni nomor urut 1 Yosar Supriono, nomor urut 2 Suridaria, nomor urut 3 Andi Ratna Ulang, nomor urut 4 Akhmadun, dan nomor urut 5 Sudibyo. (tribunlampung.co.id/noval andriansyah)
Artikel ini sebagian telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Warga Unjuk Rasa Tantang Sumpah Pocong, Tuding Panitia Curang Sebabkan Warga Tak Bisa Pilih Kades di Kompas.com dengan judul "Buntut Pilkades, Anak Anggota DPRD Gresik Dilaporkan ke Polisi" dan di Kompas.com dengan judul "Kronologi Anak Anggota DPRD Berkelahi gara-gara Pilkades"
Channel Youtube Tribun Manado :