Paskibraka
Ayah Aurellia, Anggota Paskibraka Ungkap Kelakuan 'Aneh' Putrinya Dua Minggu Sebelum Meninggal
Sang Ayah, Farid Abdurrahman (42) mengaku sempat memiliki firasat aneh dua minggu sebelum putrinya meninggal dunia.
TRIBUNMANADO.CO.ID -- Aurellia Qurratuaini (16) seorang anggota Paskibraka Tanggerang Selatan meninggal dunia.
Sang Ayah, Farid Abdurrahman (42) mengaku sempat memiliki firasat aneh dua minggu sebelum putrinya meninggal dunia.
Dia mengatakan, dua minggu terakhir, putrinya menjadi sosok yang pendiam dan kerap rindu dengan Farid serta istrinya.
"Tadinya anaknya sangat ceria. Dua minggu terakhir dia pendiam dan selalu mengharapkan kedua orangtuanya cepet pulang karena dia kangen," ujar Farid saat ditemui di rumahnya di perumahan Taman Royal II, Cipondoh, Tanggerang Kota, Jumat (2/8/2019).
Farid juga memperhatikan betapa lelahnya putri kesayangannya itu selama menjalani latihan Paskibraka.
Farid bahkan sempat meminta anaknya untuk berhenti jika sudah kelelahan.
"Dia (Aurellia) sampaikan bahwa sebenarnya dia cape, tetapi ketika kita sampaikan 'sudah berhenti saja', dia tetap nggak mau," kata dia.
Baca: Jokowi Rasakan Guncangan Gempa Bermagnitudo 7.4 SR Saat Dalam Perjalanan
Baca: Pemindahan Ibu Kota Butuh Rp 466 T, Andre Rosiade Menyurat ke Jokowi: Disinilah Jerat Utang
Baca: Struktur PDIP Menyesuaikan Kabinet Jokowi-Maaruf, Jadi Pembahasan di Kongres PDIP
Baca: Suntik Gadis 14 Tahun di Kebun, Pemuda Asal Dumagin Dilaporkan ke Polisi
Baca: Kisah Permintaan Terakhir Terpidana Mati Paling Fenomenal, Bikin Bulu Kuduk Merinding
Baca: Tenaga Honorer Diatas 35 Tahun, Diangkat jadi PNS? Simak Penjelasan BKN
Siapa sangka, sibuk sebagai anggota Paskibraka menjadi aktivitas terakhirnya sebelum meninggal dunia.
Aurellia Qurratuaini meninggal dunia pada Kamis, (1/8/2019) pukul 04.00.
Sebelum meninggal, Aurellia sempat menjalani latihan yang cukup berat.
Selama latihan, Aurellia dan beberapa anggota Paskibraka lainya kerap disuruh push up dengan tangan dikepal, memakan jeruk berserta kulit - kulitnya hingga menulis buku diary oleh para seniornya.
"Kemudian senior memberikan tugas tambahan tugas tambahan ini yang membuat psikologis makin drop. Seperti dia harus membuat buku diary setiap hari, dia harus ngisi padahal dia sudah capek kegiatan pagi sampai malam," tambah Farid.
Ayah Ceritakan Malam Terakhir
Farid menceritakan malam terakhir putrinya, Aurellia Qurratuaini (16), sebelum menghembuskan napas terakhir.
Pada Rabu (31/7/2019), Aurellia pulang k erumah usai menjalani latihan Paskibra bersama tim Paskibraka Tanggerang Selatan.
Dalam keadaan lelah, dia bercerita, buku diary miliknya beserta empat temanya dirobek oleh seniornya ketika latihan Paskibra.
Buku diary itu merupakan bagian dari tugas yang diberikan seniornya dan sudah ditulis oleh Aurellia beserta anggota yang lain sejak 22 hari selama latihan Paskibraka.
Buku tersebut dirobek usai dikoreksi oleh para senior.
Setelah disobek, Aurellia diharuskan menyalin buku tersebut dalam waktu dua hari.
"Ini salah satu bentuk psikologis yang luar biasa kalau menurut kami mengakibatkan down mental dan fisik. Akhirnya dia jam satu mencoba bangun untuk nulis lagi, nggak bisa selesai," kata Farid
Pukul 04.00, Aurellia nampak tidak berdaya secara fisik untuk menjalani aktivitas. Dia pun ambruk seketika.
"Jam 4 dia berusaha mau mulai aktivitas. Karena mulai jam 4 dia sudah limbung badannya, sudah capeknya dia limbung langsung nggak sadar kita bawa ke rumah sakit. Ternyata sudah tidak tertolong," ucap Farid.
Nyawanya tidak tertolong ketika ingin dilarikan ke rumah sakit.
"Dokter tidak keluarkan diagnosa karena ketika kita bawa kesana (RS) bahwa Almarhum sudah meninggal," ucap dia.
Ada Hukuman Berlebihan
Farid mengatakan, latihan paskibra yang dijalani anaknya sudah berlebihan. Hal itu dikatakan Farid karena dirinya Purna Paskibraka.
Perlakuan berlebihan itu diberikan oleh para seniornya, bukan para pelatih Paskibra.
"Jadi campur tangan senior di luar pelatih ini ini yang merupakan teror beban psikologis yang sangat luar biasa," ujar Farid
Selama pelatihan, almarhum kerap disuruh melakukan push up dengan tangan dikepal.
Akibatnya, tangan almarhum mengalami lebam.
"Kemudian push up kepal yang di aspal dimana cewe suka ada cincinnya. Ini diluar kelaziman. Sedangkan pendidikan militer sendiri tidak sampai sejauh itu," lanjut Farid.
Selain itu, putrinya kerap disuruh makan jeruk beserta kulit - kulitnya. Hal ini yang membuat mental dan keadaan fisik Aurrelia semakin turun.
Selain beberapa hukuman tersebut dan latihan yang sangat menguras tenaga, Aurrelia diharuskan mengerjakan tugas yang diberikan oleh para seniornya.
"Kemudian senior memberikan tugas tambahan tugas tambahan ini yang membuat psikologis makin drop. Seperti dia harus membuat buku diary setiap hari, dia harus ngisi padahal dia sudah capek kegiatan pagi sampai malam," kata dia.
Namun, Aurrelia tidak menceritakan hal tersebut sedari awal. Dia berusaha memendam masalahnya tersebut walaupun belakang dia sempat membuka suara kepada orangtuanya.
"Cuman dari dulu dia memang selalu bertanggung jawab, jadi dia dipendam sendiri baru akhirnya akhir ini cerita sedikit-sedikit ada hukuman yang berlebihan dari senior, oknum senior bukan pelatih. Kalau pelatih pasti akan profesional," ucap dia.
Farid melanjutkan, pada Kamis (1/8/2019) pagi, putrinya sempat bangun pukul 04.00 setelah sebelumnya menyelesaikan tugas buku diary yang diberikan seniornya sejak pukul 01.00 malam.
Namun badan Aurrelia ambruk tidak sadarkan diri.
"Karena sudah capeknya dia limbung langsung nggak sadar kita bawa ke rumah sakit sudah tidak tertolong," ucap dia.
Hingga saat ini, masih banyak kerabat dan sanak saudara keluarga Aurrelia datang kerumah. Mereka memberikan ucapan bela sungkawa kepada keluarga.
Dari papan yang terpajang di rumah Aurrelia, tertulis Jika jenazah dimakamkan di TPU Selapajang, Kota Tangerang sekitar pukul 16.00 WIB.
Diary Merah Putih
Indra, paman dari Aurel menyebut pihak keluarga memiliki perasaan tak enak sebelum kepergian dara manis ini.
Hal ini terlihat dari gelagat Aurel yang tak ceria. Wajahnya pun terlihat pucat dan kelelahan.
"Memang kemarin dia (Aurel) itu terlihat pucat dan kelelahan. Semalaman dia juga menulis di buku diary," ujar Indra
Aurel mempunyai buku diary yang berwarha merah putih. Hal ini karena dia mencintai dunia Paskibraka.
Di buku itu, dia menceritakan kisah hidupnya. Namun, buku harian ini dirusak oleh seniornya di Paskibraka.
"Dia menulis di buku diary sampai jam 01.00 dini hari. Dia menulis dari awal sampai akhir di buku diary yang barunya itu. Karena buku diary yang lama punya dia dirobek oleh seniornya di Paskibra," ucapnya.
"Keluarga kami memang hampir semuanya ikut Paskibra. Saya, ayah dan ibu Aurel juga ikut Paskibra," kata Indra.
"Dia nulis terakhir di buku diary-nya soal Paskibra. Dalam tulisannya itu ini latihan terakhir di Paskibra. Mungkin itu firasat dari keluarga kami yang mengartikan," paparnya.
Calon Pembawa Baki
Menurut keterangan Ketua Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Tangsel, Warta Wijaya, sosok aurel selama sebulan latihan sangat sehat, bahkan lebih terlihat kuat dibanding temannya yang lain.
"Enggak pernah ngeluh anaknya, selalu ceria selama latihan," kata Warta ketika ditemui di rumah duka seperti dilaporkan Antara.
Warta mengatakan, bahwa almarhum Aurel sudah menjadi kandidat pembawa baki yang akan menyerahkan atau menerima bendera merah putih dari Wali Kota Tangsel.
"Aurel sejatinya masuk kandidat pembawa baki. Dengar kabar begini kaget pastinya, enggak nyangka," ujarnya.
Kabar duka meninggalnya Aurel ini sampai ke Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie. Benyamin pun mendatangi rumah duka.
"Saya turut duka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya almarhum, almarhum adalah kader pemudi yang tangguh dan diandalkan dalam calon pasukan pengibar bendera pusaka. Almarhum meninggal husnul khotimah," ucap dia.
Belum diketahui pasti penyebab dari meninggal nya Aurel. Namun Benyamin memastikan jika Aurel sempat dilarikan ke Rumah Sakit.
"Sempat dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya tapi saya enggak dapat info hasil diagnosa dokter," ucap dia.