Ibadaj Haji
Bukan Cari Gelar, Orang Nusantara Zaman Dulu Beribadah Haji untuk Mencari Ilmu
Mereka beribadah juga untuk menuntut ilmu, alhasil setelah pulang bisa memberikan konstribusi kepada masyarakat sekitarnya.
Manuskrip Hikayat Hang Tuah adalah contohnya.
Namun, sebagian kisah haji itu lebih bersifat mitos ketimbang fakta sejarah, karena belum bisa dibuktikan benar-tidaknya.
“Catatan haji yang mulai lebih bersifat faktual mulai dijumpai dalam teks asal abad ke-16 dan 17, seperti Sajarah Banten dan Babad Kraton.
"Dikisahkan bahwa perjalanan haji sebelum ada mesin uap itu dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari jalan kaki dari Jawa, berkuda, jalan darat, melewati sungai, gunung, hutan belantara, hingga lautan samudera.
"Waktu tempuhnya bisa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk sampai ke Makkah,” katanya.
Babad Nitik Sultan Agung juga menyinggung cerita mitologis Sultan Agung yang sering berkunjung ke Mekkah.
Ia bahkan membawa sebagian tanah dari Mekkah untuk dibawa pulang ke Jawa.
Sesampainya di Jawa, tanah itu dilemparkan, dan jatuh di lokasi yang sekarang menjadi tempat pemakaman keluarga Sultan Agung. Sekarang titik tersebut dikenal dengan Imogiri.
“Sejak abad 17 hingga masa kontemporer, catatan pengalaman perjalanan ibadah haji semakin sering dituliskan sebagai memoar, dengan berbagai sudut pandang, mulai dari pengalaman spiritual, perjalanan keilmuan, hingga tujuan diplomasi,” kata Oman Fathurrahman.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Bukan Hanya Cari Gelar, Zaman Dulu Orang Nusantara Pulang Haji Makin Berilmu dan Pemersatu Bangsa
Baca: Gubernur Siap Lantik Elly Lasut dan Mochtar Parapaga, Asal Dua Kondisi ini Terpenuhi
Baca: Kisah Asmara Ahok dengan Puput, Sang Anak Tanya Kenapa Pilih yang Muda, Ahok Jawab Blak-blakan
Baca: Sebelum Gempur KKB Papua, Komandan TNI AD Bermimpi Aneh, Maknanya Kematian
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUN MANADO TV: