Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

News

Anak Tukang Becak Cuma Butuh 10 Bulan untuk Lulus S2 Cumlaude di ITB

Gadis 22 tahun yang berasal dari Cilegon, Banten ini, berhasil menyelesaikan studi S2 di ITB cuma dalam waktu 10 bulan.

Editor: Maickel Karundeng
istimewa
Kisah Inspiratif Herayati 

Perempuan yang pernah bersekolah di MAN 2 Cilegon ini rupanya masuk ke ITB melalui jalur SBMPTN.

Saat pendaftaran SNMPTN ia sempat tak diterima di ITB.

Saat daftar seleksi bersama itu, dia juga mendaftar beasiswa bidik misi.

"Tapi sebelum masuk ITB, saya lebih dulu diterima di sebuah universitas negeri di Jakarta. Tapi, universitas itu mewajibkan untuk menyetorkan uang daftar ulang dulu," ujar Hera.

"Karena sebelumnya belum tahu keterima di ITB, jadi Hera ambil. Daftar ulangnya, orangtua saya bahkan sampai jual emas," katanya.

Singkat cerita, Hera lebih memilih ITB ketimbang perguruan tinggi tersebut.

Dia akhirnya bisa masuk melalui jalur SBMPTN dan menerima beasiswa bidik misi.

Selama kuliah di ITB, dia pun mengaku tak pernah kekurangan meskipun keluarganya terbatas dari segi ekonomi.

"Karena Hera punya keyakinan, rezeki tuh selalu dapat terus selama masa kuliah," ujar Hera.

Selama masa kuliah, dia rupanya pernah mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Cilegon, Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Jenderal Moeldoko, dan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.

Bahkan, untuk mendapatkan uang tambahan, Hera juga bekerja paruh waktu sebagai guru privat bagi mahasiswa tingkat pertama ITB.

Ternyata, di dua semester pertama, nilai akademiknya tidak terlalu baik, karena jumlah matakuliah yang beragam di Program TPB.

"Setelah masuk program studi sarjana kimia, karena suka dengan kimia, nilai menjadi meningkat drastis," ujar Hera.

Dalam menyelesaikan tugas akhir S1, Herayati mengembangkan suatu sintesis yang berasal dari kulit udang yang dapat digunakan untuk menyerap limbah timbal pada air Sungai Cikapundung.

“Penelitian saya yang dibimbing Ibu Dr. Deana Wahyuningrum dapat membantu untuk mengurangi polusi air. Terlebih timbal merupakan logam berat yang berbahaya bagi kesehatan,” ujarnya.

Sosok orangtua, dikatakan anak bungsu dari empat bersaudara ini, adalah sosok yang terus membuatnya tetap semangat menjalani studi di ITB.

Semangat itu, ujarnya, juga harus dibarengi dengan rajin beribadah dan berdoa.

“Kedua orangtua selalu mendukung saya. Beliau tak pernah mengeluh walau kondisi ekonomi dalam keadaan yang terbatas. Maka dari itu saya berusaha untuk terus berprestasi di ITB,” kata Hera.

Setelah lulus nanti, dia bercita-cita ingin menjadi dosen di daerahnya, Cilegon, Banten.

"Saya ingin membaktikan diri kepada daerah yang sudah mendukung saya selama studi di ITB, saya juga sangat senang mengajar dan meneliti," kata Hera.

Selama berbincang dengan Tribun Jabar, tak sedikit berapa orang menghampiri Hera.

Ada yang sekadar mengucapkan selamat, ada pula yang memberinya hadiah wisuda seperti bunga atau boneka.

Raut muka bahagia kembali terpancar dari wajah Hera saat dia dipanggil untuk berfoto bersama dengan teman-teman satu angkatan prodinya.

Dengan mantap, dia mulai berjalan ke depan untuk berfoto.

Berita ini telah tayang di TribunJabar dengan judul https://jabar.tribunnews.com/2018/07/21/kisah-herayati-anak-tukang-becak-yang-lulus-cum-laude-di-itb-semangatnya-mengharukan?page=all

BERITA SELEB

Baca: Nikahi Pria Brazil, Aura Kasih Sampai Harus Pakai Google Terjemahan Saat Bicara dengan Mertua

Baca: Pakai Topi Buaya Darat, Hotman Paris Mendadak Jadi Kuli Bangunan, Sehari Digaji Rp 100 Ribu

Baca: Penampilan Arsy Tuai Pujian Saat Tampil di Atas Panggung Bersama Anang dan Ashanty, Arsya Ngapain?

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved