Perang Dagang Rugikan Cina ketimbang AS: Simak Penjelasan IMF
Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan, perang dagang lebih merugikan Cina dibandingkan Amerika Serikat (AS).
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, LONDON - Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan, perang dagang lebih merugikan Cina dibandingkan Amerika Serikat (AS). Hal ini dinyatakan IMF dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi global teranyarnya.
Dilansir dari The Guardian, Rabu (24/7/2019), IMF menyatakan outlook pertumbuhan ekonomi global lebih suram dibandingkan pada tiga bulan lalu.
Baca: Diplomasi Nasi Goreng di Tengku Umar: Begini Analisa Pengamat Politik Jeirry Sumampow
Ini disebabkan dampak perang dagang AS-Cina, ketidakpastian terkiat Brexit, dan dampak sanksi yang dijatuhkan kepada Iran terhadap harga minyak dunia.
Dalam World Economic Outlook, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,1 persentase poin menjadi 3,2 persen pada tahun 2019 dan 3,5 persen pada 2020.
IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS dari 2,3 persen menjadi 2,6 persen pada tahun 2019. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Cina dikoreksi dari 6,3 persen menjadi 6,2 persen pada tahun ini.
"Di Cina, dampak negatif kenaikan tarif dan melemahnya permintaan eksternal telah menambah tekanan terhadap perekonomian yang tengah berada dalam perlambatan struktural dan membutuhkan penguatan pengaturan untuk menurunkan tingginya ketergantungan terhadap utang," tulis IMF dalam laporannya.
Sementara pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang atau emerging markets secara keseluruhan diproyeksikan mencapai 4,1 persen pada tahun ini, turun 0,3 persentase poin dibanding proyeksi yang dirilis pada April 2019.
Baca: Gempa Guncang Bali-Lombok-Jember: Puluhan Orang Terkubur Longsor di Cina
Ekspansi terpantau melambat di Rusia, Brazil, India dan Meksiko.
Meski menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS, IMF memperingatkan pula kepada Gedung Putih terkait risiko perang dagang. "Langkah kebijakan multilateral dan nasional sangat penting untuk menempatkan pertumbuhan (ekonomi) global pada pijakan yang lebih kuat," kata IMF.
Lembaga internasional tersebut menyatakan, negara-negara seharusnya tidak menggunakan tarif untuk menangani neraca perdagangan bilateral atau sebagai pengganti dialog guna menekan negara lain untuk melakukan reformasi.
Gejolak global
Gejolak ekonomi global yang dipicu oleh perang dagang antara Amerika Serikat dan China diperkirakan tidak akan bertahan lama.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menyatakan, kondisi ekonomi global yang sangat dipengaruhi perang dagang AS-Cina diprediksi tidak akan bertahan lama.
Dia memprediksi, motif perang dagang ini adalah agenda politik Presiden AS Donald Trump. Utamanya dengan retorika tentang anti migran, impor luar Amerika, yang menjadi instrumen untumlk motif politik menghadapi 2020.
Baca: Ketua Umum NasDem Dukung Anies di Pilpres 2024, Ini Respons PDI-P
"Ini bukan fenomena permanen bagi ekonomi global. Tapi kemudian ini akan ada pada 2020 karena pemilu baru November," katanya dalam acara perpisahan pada hari terakhir jabatan sebagai BI 2, Selasa (23/7/2019).