Rupiah Lemah Efek Sikap The Fed
Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat ditutup melemah di awal pekan. Pada Senin (8/7), nilai rupiah di pasar spot
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Pola hanging man pada grafik lilin (candlestick) yang terbentuk kemarin mengindikasikan potensi penurunan dalam beberapa hari mendatang. Pelemahan IHSG masih terbuka, mengingat IHSG berada di dekat level jenuh belinya (overbought) dan mulai mengarah turun, jika mengacu pada indikator teknikal Relative Strength Index (RSI).
Baca: Keuntungan E-Voting yang Bakal Dipakai di Pilkada 2020
Prediksi Bursa Saham: Menunggu Arah Bunga Amerika
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menurun pada perdagangan awal pekan ini. Senin (8/7), IHSG melemah 0,34% ke 6.351,83. Dana asing pun nampak melakukan aksi jual dengan nilai jual bersih Rp 213,22 miliar.
Para analis sepakat, faktor eksternal menjadi penyebab utama penurunan IHSG di awal pekan ini. Salah satunya keputusan The Fed yang belum pasti menurunkan tingkat suku bunga.
Analis Indo Premier Sekuritas Mino menjelaskan, IHSG konsisten di zona merah karena data tenaga kerja AS yang mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap sikap The Fed mengenai pemangkasan tingkat suku bunga.
"Solidnya data tenaga kerja di Amerika Serikat menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga di AS pada Juli 2019," ujar Mino.
Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menambahkan, selain suku bunga AS, ada pula faktor lain berupa perang dagang antara Jepang dan Korea Selatan. Padahal, kedua negara mitra dagang terbesar Indonesia terutama Jepang.
Valdy yakin, isu ketidakpastian suku bunga akan mereda. Sehingga, pada hari ini, IHSG akan menguat di 6.300 - 6.375. Adapun Mino meramal, IHSG akan melemah di 6.320 - 6.380.
Prediksi Rupiah: Rupiah Turun Dulu Sebelum Bangkit Lagi
Data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang positif membuat rupiah loyo. Kemarin, rupiah spot melemah 0,18% menjadi Rp 14.108 per dollar AS. Namun, rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia naik tipis 0,01% ke Rp 14.147 per dollar AS.
Faktor yang paling mempengaruhi adalah data non-farm employment change bulan Juni yang positif. Hal tersebut membuat ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan The Federal Reserve turun.
Ekonom Pasar Uang Mandiri Sekuritas Reny Eka Putri bilang, dengan potensi tersebut, pelaku pasar lebih memilih dollar AS.
Analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya juga melihat, koreksi rupiah ini hanya sementara. "Secara teknikal, pelemahan rupiah ini bukan bersifat permanen," kata dia.
Ia pun memprediksi rupiah ada di kisaran Rp 14.050-Rp 14.250 per dollar AS. Sedangkan Reny menebak, rupiah bergerak di rentang Rp 14.090-Rp 14.158 per dollar AS. (Adrianus Octaviano/Tribun Network/ktn/cnbc)