Rupiah Lemah Efek Sikap The Fed
Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat ditutup melemah di awal pekan. Pada Senin (8/7), nilai rupiah di pasar spot
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID - Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat ditutup melemah di awal pekan. Pada Senin (8/7), nilai rupiah di pasar spot melemah 0,18% ke level Rp14.108 per dollar AS.
Faktor eksternal memiliki pengaruh pelemahan rupiah. Faktor yang paling memengaruhi ialah data non-farm employment yang dirilis oleh AS pada akhir pekan lalu yang melebihi ekspektasi. Selain itu ekspektasi pasar terhadap The Fed yang akan memangkas tingkat suku bunga menurun juga memengaruhi rupiah terdepresiasi.
Ekonom Pasar Uang Mandiri Sekuritas Reny Eka Putri mengatakan ketidakpastian The Fed untuk memangkas suku bunganya dalam waktu dekat ditunjukan oleh pernyataan petinggi The Fed. Ketidakpastian itulah yang menyebabkan pasar lebih memilih dollar AS.
Baca: Tiket Pesawat Diskon 50 Persen: Ini Hari dan Jamnya
"Peluangnya memang cenderung dovish. Hal ini disambut oleh market juga karena kalau kita lihat situasi seperti ini orang larinya akan ke dollar AS," ujar Reny.
Senada, Analis Monex Andian Wijaya menyampaikan faktor data ekonomi yang dirilis AS pada pekan lalu menjadi faktor utama penyebab melemahnya rupiah. Namun demikian, ia berpendapat pelemahan rupiah pada Senin (8/7) tidak permanen.
"Tapi secara teknikal, pelemahan rupiah ini bukan bersifat permanen karena kalau kita lihat angka penutupannya masih dekat dengan angka pembukaan," ujar Andian.
Dari faktor domestik sendiri, Reny dan Andian sepakat belum ada sentimen signifikan yang memengaruhi pergerakan rupiah kemarin. Reny hanya menyebutkan rilis cadangan devisa pekan lalu menjadi sentimen yang membantu untuk menahan rupiah melemah kemarin.
Untuk Selasa (9/7) hari ini, Andian memperkirakan rupiah akan berada di rentang Rp14.050,- sampai Rp 14.250,- per dollar AS dengan kecenderungan menguat. Ia menyampaikan pasar masih ada kepercayaan The Fed akan memangkas tingkat suku bunga meskipun kepercayaan itu turun.
Sedangkan, Reny memperkirakan rupiah akan terkonsolidasi berada di kisaran Rp14.090,- sampai Rp14.158,-. Reny menyampaikan pergerakan rupiah dapat dipengaruhi oleh data inflasi AS yang rilis pada Senin malam.
Baca: Kesigapan Pemkot Manado saat Terjadi Bencana, Sekda: Ada Kampung Siaga Bencana!
Menurutnya data tersebut akan memengaruhi The Fed untuk menurunkan suku bunganya atau tidak. "Kalau misalnya data inflasi AS ini masih ada di level terendah, maka kemungkinan potensi The Fed memangkas suku bunganya akan membesar," tambah Reny.
Di Zona Merah
Sepanjang perdagangan awal pekan ini, Senin (8/7), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selalu bergerak pada zona merah dan ditutup koreksi sebesar 0,34% ke level 6.351,8. IHSG memulai perdagangan dengan koreksi 0,21%. Indeks kemudian bergerak cenderung turun hingga sesi I ditutup pada level 6.348. Memasuki sesi II, pelemahan IHSG justru bertambah hingga menyentuh level terendah hari ini pada pukul 14:27 WIB, yakni 6.324 atau melemah 0,76%.
Tekanan tersebut tampaknya berasal dari langkah investor asing yang membukukan jual bersih (net sell) senilai Rp210 miliar. Jelang akhir perdagangan, investor domestik tampak mulai mengoleksi saham-saham yang mulai terdiskon sehingga pelemahan IHSG berkurang meski belum mampu beranjak dari zona merah.
Transaksi IHSG hari pertama pada pekan ini terbilang sepi dengan hanya mencatatkan 15,1 miliar saham senilai Rp6,8 triliun. Ini lebih kecil dari transaksi Jumat pekan lalu yang mencapai Rp7,79 triliun.
Secara teknikal, IHSG mulai bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir atau moving average five/MA5 (garis hijau). Hal ini menggambarkan potensi penurunan dalam jangka pendek.
Pola hanging man pada grafik lilin (candlestick) yang terbentuk kemarin mengindikasikan potensi penurunan dalam beberapa hari mendatang. Pelemahan IHSG masih terbuka, mengingat IHSG berada di dekat level jenuh belinya (overbought) dan mulai mengarah turun, jika mengacu pada indikator teknikal Relative Strength Index (RSI).
Baca: Keuntungan E-Voting yang Bakal Dipakai di Pilkada 2020
Prediksi Bursa Saham: Menunggu Arah Bunga Amerika
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menurun pada perdagangan awal pekan ini. Senin (8/7), IHSG melemah 0,34% ke 6.351,83. Dana asing pun nampak melakukan aksi jual dengan nilai jual bersih Rp 213,22 miliar.
Para analis sepakat, faktor eksternal menjadi penyebab utama penurunan IHSG di awal pekan ini. Salah satunya keputusan The Fed yang belum pasti menurunkan tingkat suku bunga.
Analis Indo Premier Sekuritas Mino menjelaskan, IHSG konsisten di zona merah karena data tenaga kerja AS yang mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap sikap The Fed mengenai pemangkasan tingkat suku bunga.
"Solidnya data tenaga kerja di Amerika Serikat menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga di AS pada Juli 2019," ujar Mino.
Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menambahkan, selain suku bunga AS, ada pula faktor lain berupa perang dagang antara Jepang dan Korea Selatan. Padahal, kedua negara mitra dagang terbesar Indonesia terutama Jepang.
Valdy yakin, isu ketidakpastian suku bunga akan mereda. Sehingga, pada hari ini, IHSG akan menguat di 6.300 - 6.375. Adapun Mino meramal, IHSG akan melemah di 6.320 - 6.380.
Prediksi Rupiah: Rupiah Turun Dulu Sebelum Bangkit Lagi
Data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang positif membuat rupiah loyo. Kemarin, rupiah spot melemah 0,18% menjadi Rp 14.108 per dollar AS. Namun, rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia naik tipis 0,01% ke Rp 14.147 per dollar AS.
Faktor yang paling mempengaruhi adalah data non-farm employment change bulan Juni yang positif. Hal tersebut membuat ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan The Federal Reserve turun.
Ekonom Pasar Uang Mandiri Sekuritas Reny Eka Putri bilang, dengan potensi tersebut, pelaku pasar lebih memilih dollar AS.
Analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya juga melihat, koreksi rupiah ini hanya sementara. "Secara teknikal, pelemahan rupiah ini bukan bersifat permanen," kata dia.
Ia pun memprediksi rupiah ada di kisaran Rp 14.050-Rp 14.250 per dollar AS. Sedangkan Reny menebak, rupiah bergerak di rentang Rp 14.090-Rp 14.158 per dollar AS. (Adrianus Octaviano/Tribun Network/ktn/cnbc)