Penjelasan Ahli soal Gempa Dangkal Besar Berpotensi Tsunami
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku Utara mengimbau warga yang tinggal di wilayah pesisir pantai agar dapat lebih waspada
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan ada beberapa ciri gempa yang berpotensi tsunami. Titik gempa terjadi di laut, kekuatannya di atas 7 magnitudo, dan kedalamannya kurang dari 20 km.
Tsunami paling merusak dihasilkan dari gempa besar dan dangkal dengan pusat gempa atau patahan di dekat atau di dasar laut. Namun, tidak semua gempa besar berpotensi tsunami. Ini biasanya terjadi di daerah yang ditandai subduksi tektonik (zona yang terdapat pada batas antarlempeng yang bersifat memusat) di sepanjang batas lempeng tektonik.
Tingginya seismisitas (daerah persebaran gempa) di suatu daerah disebabkan oleh benturan lempeng tektonik. Ketika lempeng-lempeng ini saling melewati satu sama lain, akan menyebabkan gempa besar yang membuat area dasar laut bergerak miring dan bergeser dari mulai beberapa kilometer hingga 1.000 kilometer atau lebih.
Perpindahan vertikal secara tiba-tiba di area yang begitu luas ini mengganggu permukaan laut. Dasar laut menjadi naik turun, mengganggu keseimbangan air laut, dan menghasilkan gelombang tsunami.
Gelombang bisa menempuh jarak yang jauh dari wilayah sumber, lalu menyebarkan kehancuran di sepanjang wilayah yang dilaluinya.
Misalnya, tsunami besar tahun 2004 di Aceh dihasilkan oleh gempa berskala 9,1 magnitudo. Atau tsunami Cile tahun 1960 dihasilkan dari gempa berskala 9,5 magnitudo yang memiliki zona rekahan permukaan lebih dari 1.000 km. Gelombangnya merusak tidak hanya di Cile, tapi juga sejauh Hawaii, Jepang, dan tempat lain di Pasifik.
Lebih dari 80 persen tsunami dunia terjadi di Pasifik di sepanjang zona subduksi cicin apinya. Namun, ukuran menilai gempa yang berpotensi tsunami bukan semata dari kekuatan ataupun kedalaman gempa.
Menurut Daryono, peringatan tsunami berdasarkan database pemodelan tsunami indonesia dari decision support system (DSS) yang dioperasikan oleh Sistem Peringatan Dini Tsunami BMKG.
Database ini diambil dari skema wilayah Indonesia yang berpotensi tsunami, dengan melihat lokasi episenter, kedalaman hiposenter, dan mekanisme sumbernya. Database tsunami ini sudah dibuat, jadi saat terjadi tinggal di-running saja.
DSS akan menganalisis gempa berdasarkan parameter gempa yang diperoleh. Kemudian, input parameter tersebut akan digunakan untuk menentukan daerah mana saja yang akan terdampak, dengan hasil perkiraan waktu tiba dan ketinggian tsunami.
Berdasarkan pemodelan ini pula, gempa bumi yang menimpa Tasik dinyatakan memberikan ancaman potensi tsunami, sesuai proposal peringatan dini tsunami yang dikeluarkan.
Status waspada tsunami akibat gempa dinyatakan berakhir seiring dengan semakin menurunnya potensi tsunami. “Acuannya adalah estimate time arrival ditambah dua jam,” tutur Daryono. Dengan kata lain, tsunami tak hanya tergantung gempa, tapi juga kerawanan daerah. (dtc/kumparan)