Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah Indonesia

Hari Ini Soekarno Wafat, Ini Satu Kata di Hembusan Nafas Terakhir Sang Proklamator

Kesehatan Soekarno mulai menurun sejak bulan Agustus 1965. Sebelumnya, sang Praklamator kemerdekaan itu telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal

Penulis: Reporter Online | Editor: Rizali Posumah
Intisari/Surya
Soekarno - Kisah Pilu Soekarno di akhir Hidupnya 

Alasan Soeharto Makamkan Soekarno di Blitar

Presiden Jokowi menabur bunga di pusara Makam Bung Karno Kota Blitar, Kamis (3/1/2019).
Presiden Jokowi menabur bunga di pusara Makam Bung Karno Kota Blitar, Kamis (3/1/2019). (istimewa)

Alasan Soeharto makamkan Soekarno di Blitar terungkap dalam buku berjudul 'Pak Harto The Untold Stories'.

Amoroso Katamsi, aktor pemeran Soeharto dalam film 'Pengkhianatan G30S/PKI' menceritakan bahwa ia sempat bertanya alasan Soeharto memilih memakamkam jenazah Soekarno di Blitar, Jawa Timur. 

Kemudian Presiden ke-2 RI ini mengatakan bila ia ingin makam Soekarno dekat dengan makam sang ibu. 

"Ketika Bung Karno meninggal mau dimakamkan di mana, karena ketika itu terdapat berbagai masukan dari keluarga beliau."

"Tetapi saya ingat bahwa Bung Karno adalah orang yang sangat menghargai ibunya. Jadi saya putuskan beliau dimakamkan dengan ibunya di Blitar," kata Amoroso, menirukan Soeharto.

Dijelaskan Amoroso, hal itu merupakan bentuk penghormatan Soeharto kepada sang Proklamator.

Sebab, Amoroso pernah membicarakan perannya dalam film 'Trikora'.

"Ketika itu Bapak kan ngendhiko (mengatakan), saat Bung Karno bertanya kepada Bapak, aku iki arep mbok apakke (saya ini mau kamu apakan)?" ujar Amoroso kembali menirukan ucapan Soeharto kala itu.

Soeharto lantas menjawab bahwa ia ingin memberikan sebuah penghormatan kepada Soekarno.

Salah satunya dengan cara mengabadikan nama Soekarno di pintu gerbang Indonesia, Bandara Soekarno-Hatta.

"Saya ini orang Jawa. Saya menganggap Bapak adalah bapak saya, sehingga prinsipnya adalah mikul dhuwur mendhem jero (mengangkat semua kebaikan setinggi-tingginya, menimbun semua keburukan sedalam-dalamnya)," kata Amoroso, yang masih mengulang ucapan Soeharto.

"Situasi politik pada waktu itu tidak memungkinkan saya berbuat banyak kepada Bung Karno, karena itu akan bertentangan dengan kehendak rakyat. Tetapi sesudah semuanya reda, saya segera memerintahkan untuk mengabadikan nama beliau di pintu gerbang Indonesia, Bandara Soekarno-Hatta," tutur Amoroso menambahkan.

Bahkan Amoroso juga pernah mengungkap alasan Soeharto memberikan gelar Pahlawan Proklamasi kepada Soekarno.

Menurutnya, saat itu ada banyak pertentangan atau perdebatan mengenai gelar pahlawan untuk Soekarno.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved