Di Ambang Perang Teluk: Kata Senator AS soal Kekuaran Militer AS dan Iran
Teluk Persia memanas pascainsiden dua kapal tanker diserang torpedo. Amerika Serikat menuduh Iran berada di balik serangan
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Ketegangan hubungan antara Iran dan AS memang meningkat belakangan ini, terutama setelah Presiden Hassan Rouhani mengancam bakal melanjutkan pengayaan uranium, salah satu poin penting dalam kesepakatan nuklir.
Baca: Masuk dalam BAP Tersangka Kerusuhan 21-22 Mei, Fauka Noor Farid Segera Diperiksa Polisi
Rouhani mengancam akan melanjutkan pengayaan uranium jika negara Eropa yang tergabung dalam perjanjian nuklir 2015 atau JCPOA itu tidak membela Teheran dari sanksi AS. Perjanjian yang digagas di era Barack Obama itu menyepakati bahwa negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran.
Sebagai timbal balik, Iran harus menyetop segala bentuk pengembangan senjata rudal dan nuklirnya, termasuk pengayaan uranium. Namun, di bawah komando Presiden Donald Trump, AS menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir itu pada Mei 2018 lalu dan kembali menerapkan sanksi atas Iran.
Sejak ultimatum Rouhani tersebut, AS dan Iran terus saling melontarkan ancaman dan beradu mulut. Trump bahkan mengerahkan kapal induk dan sejumlah pesawat pengebom ke Timur Tengah.
Namun kini, Trump mengaku terbuka untuk pembicaraan baru karena melihat Iran gagal sebagai negara. "Saya tidak mau mereka gagal sebagai negara. Kami bisa mengubah itu dengan sangat cepat, tapi sanksi itu memang luar biasa," kata Trump.
Pejabat AS: Sangat Mungkin Iran Dalangnya
Seorang pejabat AS menuturkan, diyakini Iran berada di belakang serangan kapal tanker dengan torpedo di Teluk Oman. Dua kapal tanker itu diserang di dekat kawasan strategis Selat Hormuz pada Kamis (13/6/2019) dengan salah satunya mengalami kerusakan parah, dan kru-nya diselamatkan.
Kapal itu teridentifikasi bernama Front Altair yang tengah mengangkut naphtha serta kapal Kokuka Courageous yang membawa metanol ketika insiden itu terjadi. "Sangat mungkin Iran telah menyebabkan serangan torpedo itu," ujar pejabat AS anonim tersebut kepada CBS News sebagaimana dikutip Daily Mirror.
Dia juga membantah klaim Teheran bahwa mereka sudah mengangkut 44 awak kapal tanker itu dan membawa mereka ke tempat aman yang berlokasi di Provinsi Hormozgan. Dia menyebut justru kapal perusak berkekuatan rudal pandu USS Brainbridge yang datang dan menjemput 21 kru kapal.
Dia juga menyebut sudah melihat laporan serangan. Dalam laporan itu, salah satu dari awak kapal tanker meyakini dia melihat mereka diserang dengan torpedo atau ranjau laut. Namun laporan itu belum terkonfirmasi.
Insiden itu terjadi di tengah memanasnya hubungan antara AS dan Iran menyusul serangan terhadap empat kapal di Uni Emirat Arab (UEA) pada Mei lalu. Pada 12 Mei, empat kapal tanker diincar di kawasan lepas pantai Fujairah, dengan Washington menuduh Iran menyabotase kapal itu demi menaikkan harga minyak.
Selain itu, insiden tersebut juga terjadi di tengah kunjungan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ke Teheran di mana dia juga membawa pesan dari Presiden AS Donald Trump.
Berdasarkan pemberitaan media Pakistan dikutip Daily Mirror Kamis (13/6/2019), salah satu dari kapal milik perusahaan Norwegia itu diserang ketika membawa minyak mentah.
Armada Kelima AS yang bermarkas di Bahrain mengumumkan mereka menerima sinyal darurat dari kedua kapal itu, seperti dilansir AFP. "Pasukan laut Amerika di kawasan itu menerima dua sinyal darurat berbeda antara lain pada pukul 06.12 dan satunya lagi pukul 07.00 waktu setempat," demikian pernyataan Armada Kelima.
Insiden itu terjadi di tengah memanasnya hubungan antara AS dan Iran menyusul serangan terhadap empat kapal di Uni Emirat Arab (UEA) pada Mei lalu. Pada 12 Mei, empat kapal tanker diincar di kawasan lepas pantai Fujairah, dengan Washington menuduh Iran menyabotase kapal itu demi menaikkan harga minyak.