Kisah Polisi Bangun Taman Baca di Pesisir Lembeh: Kelak saat Saya tak Tugas lagi di Pulau Ini. . .
Dulu,taman baca yang berlokasi di Kelurahan Pancuran, Lembeh Selatan, ini hanyalah tempat nongkrong warga yang menghabiskan waktu dengan minuman keras
Penulis: Finneke Wolajan | Editor: Aldi Ponge
Rudolf punya mimpi yang besar bagi warga di Pulau Lembeh. Ia ingin menebar kebaikan lewat apa yang ia lakukan di pulau ini.
Ia tak punya uang yang banyak untuk membantu warga yang dalam kesulitan.
Namun lewat taman baca ini, ia ingin menunjang pendidikan anak-anak di pulau ini. Supaya kelak mereka berguna untuk bangsa dan negara.
“Kelak saat saya tak tugas lagi di pulau ini, ada yang saya tinggalkan di sini. Taman ini juga untuk mengurangi gangguan kamtibmas tentunya. Ada program kepolisian yakni sentuh hati rakyat, ini juga agar masyarakat dekat dengan polisi,” katanya.

Rekan Rudolf, Franklin Takalepakeng juga punya mimpi yang sama agar anak-anak di pulau ini bisa pintar.
Franklin hanyalah seorang lulusan Sekolah Menengah Pertama. Pendidikannya di SMK hanya sampai kelas 2.
Ia yang tak berpendidikan tinggi itu punya kerinduan agar anak-anak di Lembeh bisa mendapat pendidikan yang layak, bahkan hingga perguruan tinggi.
Menurutnya, para orang tua di Lembeh umumnya tak meneruskan pendidikan mereka. Namun bukan berarti anak-anak mereka juga akan seperti itu.
Ide membangun taman baca ini mendapat dukungan penuh dari warga setempat, terutama mereka yang sedang menyekolahkan anak.
“Orang tua di sini rata-rata buta huruf. Namun cukup orang tua saja yang putus sekolah, jangan anak-anak. Mereka masih punya masa depan cerah. Bukan hanya untuk anak-anak sebenarnya, orang dewasa juga bisa ke sini, untuk menambah wawasan mereka,” katanya.
Kabar mengenai pondok baca ini telah menyebar ke mana-mana, hingga ke klub motor Bikers Movement.
Nico Ape mewakili komunitas ini menyumbang 30 buku yang dibawa dalam 12 dus. Buku ini pun atas donasi anggota komunitas dan warga yang berhasil mereka jangkau.
Pondok baca ini menurutnya unik karena berada di pinggir pantai. Bisa membaca sekaligus berwisata.
“Buku jendela dunia. Pengetahuan itu tak lekang oleh waktu,” katanya. (Finneke Wolajan)
Follow juga akun instagram tribunmanado
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube tribunmanadoTV