Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah Polisi Bangun Taman Baca di Pesisir Lembeh: Kelak saat Saya tak Tugas lagi di Pulau Ini. . .

Dulu,taman baca yang berlokasi di Kelurahan Pancuran, Lembeh Selatan, ini hanyalah tempat nongkrong warga yang menghabiskan waktu dengan minuman keras

Penulis: Finneke Wolajan | Editor: Aldi Ponge
ISTIMEWA
Taman Baca Pulau Lembeh di tepi Pantai Tamburutan. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Andriansyah Mahaling (8) tampak asyik membaca buku seni budaya di sebuah taman baca yang berada di tepi Pantai Tamburutan di Pulau Lembeh, Kota Bitung, Sulawesi Utara.

Duduk di bawah rindangnya pohon, dengan angin sepoi-sepoi serta suara deburan ombak makin melarutkan Andriansyah dalam bacaannya.

Di sampingnya ada anak-anak lain yang juga membaca koleksi buku di taman baca itu.

Buku-buku tampak masih baru, namun tak sedikit pula yang terlihat mulai menua.

Andriansyah yang adalah siswa Sekolah Dasar Pasir Panjang ini rela datang jauh-jauh dari rumahnya hanya untuk melihat koleksi buku di pondok ini.

Butuh sekitar 30 menit jalan kaki untuk sampai.

Andriansyah mengaku antusias, ia senang dengan keberadaan taman baca ini. Baru kali ini ia menemui taman baca di pulau ini.

Ia antusias mencari buku pelajaran yang sama dengan yang ia pelajari di sekolah.

Seperti Andriansyah, Ririn Rumuhu (8), teman sejawatnya dari desa yang sama, juga merasakan hal yang sama.

“Bagus,” ucap keduanya singkat mengenai taman baca ini.

Taman Baca Pulau Lembeh di tepi Pantai Tamburutan.
Taman Baca Pulau Lembeh di tepi Pantai Tamburutan. (istimewa)

Beberapa waktu lalu, taman baca yang berlokasi di Kelurahan Pancuran, Lembeh Selatan, ini hanyalah tempat nongkrong warga yang menghabiskan waktu dengan minuman keras.

Warga itu pun umumnya adalah anak-anak remaja usia sekolah.

Kapolsek Lembeh Iptu Rudolf Lumandung yang melakukan patroli rutin setiap saat selalu saja mendapati hal yang sama. Ia berulang-ulang memberi pembinaan.

Namun Rudolf mengamati, pembinaan yang berulang-ulang juga tak memberi efek jera pada para remaja ini.

Hingga akhirnya tebersit di pikirannya bagaimana agar tempat ini bisa memberi dampak positif bagi anak-anak dan warga setempat.

Lalu muncullah ide membuat taman baca di pantai ini.

Iptu Rudolf lalu menggandeng warga setempat, Franklin Takalepakeng, untuk sama-sama membangun taman ini.

Setelah taman baca ini rampung, melalui akun Facebook Polsek Lembeh, Iptu Rudolf menyebarkan informasi soal taman baca ini.

Berbagai tanggapan positif berdatangan. Dari awalnya hanya di kalangan Polsek Lembeh dibantu beberapa warga, saat ini donasi buku berdatangan dari luar.

Bahkan dari turis asing yang menurut Rudolf sangat mengapresiasi taman baca ini.

“Ada yang dari komunitas motor juga. Turis dari Australia mengatakan selama mereka keliling, katanya baru di sini ada taman baca di pinggir pantai,” katanya.

Berbagai jenis buku mulai dari buku pelajaran hingga pengetahuan umum ada di taman baca.

Sejumlah bocah membaca buku di sebuah taman baca yang berada di tepi Pantai Tamburutan di Pulau Lembeh, Kota Bitung, Sulawesi Utara, belum lama ini.
Sejumlah bocah membaca buku di sebuah taman baca yang berada di tepi Pantai Tamburutan di Pulau Lembeh, Kota Bitung, Sulawesi Utara, belum lama ini. (TRIBUN MANADO/FINNEKE WOLAJAN)

Setiap hari kunjungan warga mulai dari anak-anak sekolah hingga dewasa makin bertambah.

Warga yang berwisata di Pulau Lembeh sering mampir di pondok ini.

Sembari menikmati indahnya alam Pulau Lembeh, wisatawan sekalian melihat-lihat koleksi buku di sini. Pulau ini memang destinasi wisata favorit di Kota Bitung.

"Sekarang sudah makin banyak yang datang. Turis mancanegara juga sering berkunjung. Kota Bitung sedang menggalakkan program literasi. Taman baca ini menjadi contoh untuk daerah lain, agar budaya baca anak-anak maupun masyarakat tinggi," ujarnya, Selasa (12/03/2019).

Taman ini pun bersolek. Kata-kata mutiara yang tertulis di atas kayu menghiasi seluruh taman baca ini. Susunan buku terlihat di rak-rak yang berjejer di taman ini.

Meski sederhana, warga betah duduk berlama-lama membaca buku di sini.

Taman baca ini terbuka untuk siapapun dan gratis.

Jika ingin memberi sumbangan buku, pengelola dengan sangat terbuka menerima bantuan setiap warga yang mau bermurah hati.

Rudolf punya mimpi yang besar bagi warga di Pulau Lembeh. Ia ingin menebar kebaikan lewat apa yang ia lakukan di pulau ini.

Ia tak punya uang yang banyak untuk membantu warga yang dalam kesulitan.

Namun lewat taman baca ini, ia ingin menunjang pendidikan anak-anak di pulau ini. Supaya kelak mereka berguna untuk bangsa dan negara.

“Kelak saat saya tak tugas lagi di pulau ini, ada yang saya tinggalkan di sini. Taman ini juga untuk mengurangi gangguan kamtibmas tentunya. Ada program kepolisian yakni sentuh hati rakyat, ini juga agar masyarakat dekat dengan polisi,” katanya.

Taman Baca Pulau Lembeh di tepi Pantai Tamburutan.
Taman Baca Pulau Lembeh di tepi Pantai Tamburutan. (ISTIMEWA)

Rekan Rudolf, Franklin Takalepakeng juga punya mimpi yang sama agar anak-anak di pulau ini bisa pintar.

Franklin hanyalah seorang lulusan Sekolah Menengah Pertama. Pendidikannya di SMK hanya sampai kelas 2.

Ia yang tak berpendidikan tinggi itu punya kerinduan agar anak-anak di Lembeh bisa mendapat pendidikan yang layak, bahkan hingga perguruan tinggi.

Menurutnya, para orang tua di Lembeh umumnya tak meneruskan pendidikan mereka. Namun bukan berarti anak-anak mereka juga akan seperti itu.

Ide membangun taman baca ini mendapat dukungan penuh dari warga setempat, terutama mereka yang sedang menyekolahkan anak.

“Orang tua di sini rata-rata buta huruf. Namun cukup orang tua saja yang putus sekolah, jangan anak-anak. Mereka masih punya masa depan cerah. Bukan hanya untuk anak-anak sebenarnya, orang dewasa juga bisa ke sini, untuk menambah wawasan mereka,” katanya.

Kabar mengenai pondok baca ini telah menyebar ke mana-mana, hingga ke klub motor Bikers Movement.

Nico Ape mewakili komunitas ini menyumbang 30 buku yang dibawa dalam 12 dus. Buku ini pun atas donasi anggota komunitas dan warga yang berhasil mereka jangkau.

Pondok baca ini menurutnya unik karena berada di pinggir pantai. Bisa membaca sekaligus berwisata.

“Buku jendela dunia. Pengetahuan itu tak lekang oleh waktu,” katanya. (Finneke Wolajan)

Follow juga akun instagram tribunmanado

Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube tribunmanadoTV

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved