Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

PROSTITUSI WARIA di MANADO

Wawancara Eksklusif dengan Waria Pekerja Seksual di Manado,dari Diusir Guru hingga Tarif Sekali Main

Pada Jumat malam itu, Tribunmanado.co.id, tak hanya mendapat kesempataan untuk mewawancari Putri, tapi juga waria lainnya yang bekerja sebagai PSK.

Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
kolasetribunmanado.co.id/Tribunmanado Finneke dan ilustrasi
Suasana malam hari di Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Manado, dan ilustrasi orang bercinta 

Dirinya sempat coba cari pekerjaan untuk menghidupi diri.

Tapi ia malah di-bully bos dan rekan kerjanya.

"Sampai akhirnya saya pilih untuk jadi seperti ini, diajak teman," kata dia.

Namun ia enggan hidup terus demikian.

Ia terpikir suatu waktu akan buka usaha salon.

"Kini saya sudah belajar salon juga," kata dia.

Waria lainnya, Puput mengaku mendapat penolakan orangtuanya.

"Mereka di luar daerah, sedang saya merantau sendirian di sini untuk menekuni jalan hidup saya," kata dia.

Puput menyatakan, ia melacur karena tekanan ekonomi.

Tak seperti umumnya teman temannya, ia tak punya ketrampilan salon.

"Yang bisa saya lakukan hanyalah jadi pembantu rumah tangga," kata dia.

BERITA TERKAIT:

Baca: Kisah Waria di Manado, Sering Diserang hingga Pilih Melawan, ‘Lapor Tak Guna, Kami yang Disalahkan’

Baca: Curahan Hati Waria di Manado: Selalu Ditolak, Berhenti Kuliah Lantas Masuk ke Dunia Prostitusi

Baca: Prostitusi Waria di Manado, Digemari Kaum ABG hingga Terungkap Tarif dan Alasannya

Meski tak akur, namun dirinya masih sering berhubungan dengan orangtuanya lewat telepon.

Setiap bulan Desember, ia merasa nelangsa.

"Ingin saya berkumpul dengan mereka untuk rayakan natal tapi itu tak mungkin," kata dia.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved