PROSTITUSI WARIA di MANADO
Wawancara Eksklusif dengan Waria Pekerja Seksual di Manado,dari Diusir Guru hingga Tarif Sekali Main
Pada Jumat malam itu, Tribunmanado.co.id, tak hanya mendapat kesempataan untuk mewawancari Putri, tapi juga waria lainnya yang bekerja sebagai PSK.
Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Setiap ibadah minggu di salah satu gereja di Sario, Puput selalu mendoakan orangtuanya.
Desi Waria lainnya mengaku orangtuanya sudah menerima keadaannya.
Ia pun sudah berani pulang ke rumah.

"Tapi saat ke Masjid, papa bilang gulung rambutnya lantas pakai kopiah karena kamu laki laki," kata dia.
Masih ditempat yang sama, Tribunamando.co.id yang melirik ke kiri dan ke kanan jalan, dalam heningnya malam itu, masih bisa menangkap dengan mata kepala ciri-ciri sosok pria yang masuk ke gang sempit bersama waria bernama Putri.
Pria itu tampak sudah tak muda lagi, bisa dikata sudah paruh baya, kulitnya hitam dan rambut ikal serta menampakan wajah kebapaan.
Sepuluh menit kemudian, Putri kembali.
Tampak ngos ngosan.
Tapi wajahnya puas.
"Dia pelanggan setia saya," kata Putri.
Dikatakannya, sang pelanggan kala itu mengaku hanya punya uang sebesar Rp 50 ribu yang menurut pengakuan si pria diembat dari sang istri.
Ia mengiyakan untuk jasa oral seks.
"Hitung - hitung diskon, dia sih pelanggan setia saya," kata dia.
Beber Putri, ia mematok tarif Rp 100 ribu untuk oral seks dan Rp 150 ribu untuk anal seks.
Mainnya di lorong (gang) seputaran TKB.