Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Sitaro

Cerita Pengungsi Erupsi Karangetang Sitaro, Petrus Ingin Bekerja Lagi

Sebenarnya mereka mengaku nyaman di shelter lantaran pelayanan yang diberikan pemerintah Kabupaten Sitaro cukup baik.

Penulis: Alpen_Martinus | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUN MANADO/ALPEN MARTINUS
Cerita Pengungsi Erupsi Karangetang Sitaro, Petrus Ingin Bekerja Lagi 

Cerita Pengungsi Erupsi Karangetang Sitaro, Petrus Ingin Bekerja Lagi

TRIBUNMANADO.CO.ID, SITARO - Sudah biasa bekerja sebagai nelayan dan petani membuat Petrus Luas tak merasa enak tinggal di pengungsian.

Mereka harus diungsikan dari kampung Kawahang ke shelter kalurahan Paseng sejak dua pekan lalu lantaran terjadinya guguran lava gunung Karangetang yang melalui kali Malebuhe di antara Kampung Kawahang dan Batubulan, Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara.

Sebenarnya mereka mengaku nyaman di shelter lantaran pelayanan yang diberikan pemerintah Kabupaten Sitaro cukup baik.

"Tapi karena saya biasa bekerja, jadi tidak enak rasanya, badan jadi sakit-sakit," kata Petrus Luas pengungsi, Kamis (22/02/2019).

Biasanya ia bekerja sebagai nelayan dan petani buah pala di lahan yang dimilikinya di kampung Kawahang.

Tidak bekerja berarti tidak ada pemasukan untuk keluarganya.

"Di sini nyaman tapi tidak ada pemasukkan, biasanya kalau melaut bisa dapat dua ratus ribu," katanya.

Juga pohon pala yang dimilikinya, sudah bisa menghasilkan, meski hanya untuk kebutuhan hidup setiap hari.

"Ya sekarang tidak ada yang mengerjakan, mungkin sudah ada orang lain yang pungut atau habis membusuk," ujarnya.

Makanya, itu yang membuatnya sedikit resah, sebab kehendak hatinya ingin segera tinggal kembali di rumah dan bekerja seperti biasanya.

Memang beberapa kali mereka diizinkan untuk pulang ke rumah.

Cerita Pengungsi Erupsi Karangetang Sitaro, Petrus Ingin Bekerja Lagi
Cerita Pengungsi Erupsi Karangetang Sitaro, Petrus Ingin Bekerja Lagi (TRIBUN MANADO/ALPEN MARTINUS)

"Tapi cuma bisa beri makan hewan peliharaan, tidak bisa ke kebun, sebab harus kembali ke shelter lagi kalau sudah sore," katanya.

Di pengungsian juga banyak yang sama dengan Petrus Luas, mereka menghabiskan waktu ngobrol, atau beberapa aktivitas ringan lainnya, hingga malam hari di shelter.

"Kalau ada pekerjaan biasa kami ikut membantu juga, supaya badan kami bisa bergerak," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved